***
Davina berlari mengejar Liberty keluar dari mall. Mendahului Falisha yang kebingungan karena dilewatinya begitu saja.
"Liberty! Tunggu!" teriak Davina.
Liberty masih saja berlari, tak mempedulikan Davina yang terus memanggilnya. Hingga kemudian langkahnya mencapai mobil Falisha, barulah Davina bisa meraih tangannya.
"Liberty!"
"Lepaskan!" tepis Liberty dengan kasar sampai genggaman tangan Davina pun terlepas.
Kembali Davina terkejut dengan sikap Liberty.
"Tolong maafkan aku!" ucap Davina lirih, menatap Liberty yang terlihat memalingkan wajahnya."Tolong pulanglah, Libb! Kami merindukanmu!" pinta Davina dengan air mata mulai meleleh.
Liberty mendengus sinis, ia menoleh melempar tatapan tajam penuh kebencian.
"Cih! Bukankah kalian juga sudah akan mempunyai anak? Jadi bahkan laki-laki itu tidak memerlukanku lagi--"
PLAK!
Falisha yang baru saja tiba, dibuat terkejut dengan adegan di hadapannya. Tangannya terangkat menutup mulutnya yang terbuka tanpa suara.
Sementara itu, Liberty kembali meluruskan wajahnya menatap Davina. Dengan pipi memerah, dan sinar kebencian semakin menyala dari matanya.
"Kau--!"
"Dia masih dan tetap jadi ayahmu, Liberty! Jaga sikapmu! Kau sudah melewati batas!" ucap Davina gemetar. Tangannya mengepal erat. Meski begitu terlihat penyesalan memenuhi manik matanya.
Liberty meraba pipinya yang terasa panas, air mata meleleh di pipinya.
"Jika kau ingin aku pergi, akan kulakukan! Kami hanya ingin kau kembali pulang!" kata Davina, suaranya kembali melunak. Menatap sedih pada Liberty.
"Kau tahu betapa cemburunya aku, Liberty! Di saat aku tengah mengandung seperti ini, Greg bahkan tak mempedulikanku hanya untuk mencarimu! Harusnya kau sadar dengan apa yang kau lakukan! Seharusnya aku membencimu, tapi tetap tidak bisa!" seru Davina menumpahkan perasaannya.
"Kenapa kau begitu membenciku?" Davina bertanya sekali lagi, suaranya hampir hilang karena tenggorokannya tercekat.
Liberty masih bertahan di tempatnya berdiri, tak sekalipun menoleh lagi pada Davina. Kedua tangannya mengepal erat di kedua sisi badannya. Davina menatapnya, berharap gadis itu sekali saja melihat padanya. Namun ternyata Liberty sudah terlalu membencinya.
Davina mengusap air matanya, perlahan berbalik hendak melangkah. Menunggu beberapa saat berharap Liberty memanggilnya, dan ia bersumpah akan berlari memeluk gadis itu dengan bahagia. Tapi, hingga hitungan ke sekian, hanya keheningan di antara mereka. Davina pun putus asa, maka dengan menahan tangisnya, ia pun melangkah lebar meninggalkan tempat itu.
Liberty sempat mengerjap dan menoleh saat Davina pergi, dilihatnya punggung ramping Davina bergerak menjauh. Bisa dilihatnya jika bahunya yang kini tampak ringkih, berguncang halus. Ada satu sudut di hatinya yang terasa sakit walaupun sekilas.
"Liberty ..."
Liberty menoleh, dan pada saat dilihatnya Falisha menatapnya sedih, pertahanannya pun runtuh. Ia menundukkan kepalanya dan masuk ke dalam pelukan Falisha yang segera memeluknya, lalu menangis di sana. Falisha hanya diam, mengusap punggungnya membiarkan gadis itu menumpahkan perasaannya.
***
Davina setengah berlari melewati jajaran mobil di parkiran, sembari menahan air matanya. Dan ketika ketika hendak berbelok, sebuah mobil nyaris saja menabraknya. Hanya berjarak beberapa langkah dari pinggangnya, mobil itu melewatinya. Davina terduduk lemas, karena terkejut setengah mati. Mobil itu pun tampak berhenti beberapa meter di depan, pengemudinya keluar dengan tergopoh-gopoh menghampiri Davina. Seorang pria gemuk menghampiri dengan wajah sama terkejutnya dan khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being Your Mama
General FictionBlurb singkat : Davina yang harus berhadapan dengan anak remaja putri, dari Gregory Smith, tunangannya. Yang menolak kehadirannya sebagai calon istri ayahnya. Juga menghindari cinta segitiga yang menjebaknya bersama atasannya, Axel William Brighton...