***
Davina baru saja tiba di kantor, ketika ledakan kecil bersamaan dengan berhamburannya pita dan potongan kertas warna-warni menyambutnya di depan lobi, membuatnya terkejut. Belum habis rasa kagetnya, tepukan tangan dan sorakan orang-orang datang mengerumuninya dan memberi ucapan selamat menyalaminya. Davina hanya mampu tersenyum dengan wajah bingung menerima jabatan dan ucapan selamat dari teman-teman kantornya.
"Kau memang pantas menjadi kepala tim kami yang baru, Davina!"
"Ya, pilihan tepat!"
"Selamat bekerja!"
"Selamat atas pencapaiannya!"
Davina tertegun mendengarnya, "Apa?" beonya semakin bingung dan kaget.
Beberapa saat kemudian, Davina sudah berdiri di depan meja Axel dengan bibir membentuk garis lurus menahan segala kekesalannya pada laki-laki itu.
"Apa kau perlu sesuatu untuk ruangan barumu?" tanya Axel yang kemudian mengangkat wajahnya dari dokumen yang tengah dia pelajari di hadapannya, menatap Davina dengan senyum geli.
"Apa yang sudah kau lakukan, Axel?!" geramnya, melupakan sikap formal yang selalu dijaganya.
Axel berpangku dagu, "Memberikan hal yang pantas kau dapatkan," ujarnya ringan, "apa kau kesini untuk berterimakasih?" tanyanya menahan senyum.
Davina hampir saja berteriak karena kesal, namun cepat ia menguasai diri. Menghela nafas dalam-dalam untuk menekan emosinya.
"Tidakkah kau berpikir ini terlalu cepat?" keluh Davina melunak, bahunya turun dengan lemas.
Axel menarik diri bersandar di kursinya. "Kau memang pantas mengisi posisi itu, Davina," kata Axel, kali ini wajahnya terlihat serius, "jika bukan menjadi sekretarisku menggantikan Raline, sebaiknya kau terima yang ini!" lanjutnya kemudian, kembali tersenyum menyebalkan, membuat Davina yang semula sudah mereda kembali mendelik.
"Kau memang menyebalkan!" gerutunya lalu berbalik berjalan menuju pintu keluar.
Axel hanya tersenyum memandangi punggung ramping itu menjauh sampai menghilang di balik pintu.
"Kita lihat seberapa kuat ikatan cinta kalian, Gregory Smith!" ucapnya tersenyum miring, "dia terlalu indah untuk kau miliki sendirian!"
***
Menjadi ketua tim desain, artinya semakin banyak pekerjaan yang menyita waktu dan perhatiannya. Semakin berkurang pula perhatian Davina terhadap hal lain selain pekerjaan. Apalagi dengan banyaknya permintaan desain dari klien baru yang berdatangan setelah mereka memenangkan hati klien asing waktu itu. Dan itu yang dirasakan oleh Greg.
Greg meletakkan alat makannya sedikit gusar. Dia dan Davina tengah makan siang, namun wanita itu terlihat tidak menikmati makanannya, karena sambil sibuk memeriksa tablet pekerjaannya selagi makan. Bahkan denting alat makan yang sengaja dibuat oleh Greg tak mampu memecah konsentrasi Davina.
"Sayang, apa kau tidak bisa makan terlebih dahulu dengan benar?" tegur Greg melunakkan suaranya.
Davina hanya menggumam tanpa mengangkat wajahnya, dia bahkan tidak sadar jika tangannya menyendok tanpa mengambil apapun dari mangkuk supnya. Melihat itu, Greg pun tak tahan. Ia lalu beranjak ke sisi Davina, memaksanya untuk bergeser dan memberinya ruang untuk duduk.
Davina menoleh dengan kaget, namun tanpa sempat bertanya karena kemudian Greg memintanya untuk membuka mulut selagi pria itu membantunya menyodorkan sendok berisi makanan. Membuatnya kemudian tersadar.
"Maafkan aku, Greg," ucapnya merasa bersalah.
Greg tak menjawab, ia hanya meminta Davina untuk terus membuka mulutnya selagi dirinya menyuapinya. Davina pun menurut, ia makan dari tangan Greg. Meski dengan perasaan tidak nyaman karena melihat wajah laki-laki itu terlihat mengeras dan tidak menatapnya. Hanya fokus menyendok makanan dan menyuapi Davina sampai makanan di piring habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being Your Mama
General FictionBlurb singkat : Davina yang harus berhadapan dengan anak remaja putri, dari Gregory Smith, tunangannya. Yang menolak kehadirannya sebagai calon istri ayahnya. Juga menghindari cinta segitiga yang menjebaknya bersama atasannya, Axel William Brighton...