***
Axel terperanjat terbangun dari tidurnya saat mendengar suara nyaring benda jatuh dari luar kamarnya. Dengan panik ia segera bangun dan berlari keluar dari kamar. Tergesa-gesa menuruni tangga saat ia mendengar suara benda pecah dari arah dapur. Dan ketika langkahnya mencapai batas ruang dapur, matanya melebar melihat pemandangan di hadapannya.
Dapurnya yang selalu rapi dan bersih, kini terlihat berantakan dengan berbagai bumbu dan terigu menempel di sana-sini. Beberapa telur pecah mengenaskan di lantai dan di atas kompor, bercampur dengan saus dan bumbu-bumbu dapur yang entah apa saja itu semua. Dan di antara itu semua, gadis yang semalam diselamatkannya itu berdiri membeku dengan tangan memegang wajan berisi panekuk yang tidak jelas bentuknya.
"Aku berniat membuatkan sarapan," ujarnya tersenyum takut-takut.
Axel meluruhkan bahunya, menghembuskan nafas gusar. Dipegangnya kepalanya yang mendadak berdenyut.
"Akan ada orang yang membuatkannya nanti, biarkan saja!" ujar Axel menahan jengkel.
Membawa gadis itu pulang ke penthouse mungkin ide buruk.
Axel berjalan ke arah bufet, mengambil pesawat telepon dan menghubungi seseorang yang biasa membersihkan penthouse.
"Datang sekarang dan bawa anak buah untuk membantu," Axel melirik gadis itu dengan kesal, "dapurku hancur kali ini!" lanjutnya.
Axel kembali berbalik, berkacak pinggang. Gadis itu tampak kikuk meletakkan wajan di tangannya.
"Kau tidak mengganti bajumu?" komentar Axel saat dilihatnya gadis itu masih memakai seragam petugas kebersihan semalam.
"Aku tidak punya baju lain," sahut gadis itu merapatkan bibirnya.
Axel menarik nafas dalam-dalam.
Tentu saja. Sepertinya sekarang ini sudah menjadi masalah sepenuhnya.
"Siapa namamu?" tanya Axel.
Gadis itu membuka mulutnya, namun kemudian terdiam sebentar. Terlihat berpikir sejenak sebelum menjawab.
"Aku Karen!" jawabnya setengah berteriak, seperti baru saja mendapat sebuah jawaban bagus, "Ya! Karen McKenzie."
"Kau benar-benar menjadi 'Karen' bagiku!" gumam Axel jengah.
Karen menarik sudut bibirnya tersenyum sungkan. "Tidakkah kau berniat untuk memakai baju terlebih dahulu, Sir?" ucapnya, berusaha agar tidak menatap Axel terlalu lama.
Axel menyadari sesuatu. Ia menunduk dan sadar jika ia bertelanjang dada sedari tadi. Ia terbiasa tidur tanpa baju, dan beruntungnya ia masih nyaman tidur dengan celana piyama. Sontak ia berbalik badan lalu melangkah lebar-lebar menjauh dari pandangan Karen. Kembali ke kamar dengan wajah merah padam.
***
Saat Axel keluar dari kamar, sudah ada dua orang petugas kebersihan penthouse yang sedang merapikan dapurnya. Terlihat Karen hanya duduk termangu melihat kedua orang laki-laki itu bekerja dengan cekatan.
Karen menoleh saat mendengar suara langkah kaki bersepatu di belakangnya, ia pun menoleh.
"Apa kau mau pergi bekerja?" tanyanya.
"Ya, tentu saja." jawab Axel tanpa menoleh.
Karen terdiam sejenak, terlihat ragu untuk mengatakan sesuatu. Beberapa kali ia menjilat bibirnya. Dan Axel melihat itu.
"Apa kau ingin pulang?" tanyanya menatap Karen.
"Tidak! Jangan dulu!" jawab Karen cepat seperti kaget. Ia lalu menghela nafas lesu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being Your Mama
General FictionBlurb singkat : Davina yang harus berhadapan dengan anak remaja putri, dari Gregory Smith, tunangannya. Yang menolak kehadirannya sebagai calon istri ayahnya. Juga menghindari cinta segitiga yang menjebaknya bersama atasannya, Axel William Brighton...