***
"Demi Tuhan, Libb! Kali ini apa yang kau perbuat?!" geram Greg kesal, dia baru saja menerima telepon dari kantor polisi.
Davina yang mendengar suaminya marah, segera mendekat dan menenangkannya. Disentuhnya bahu Greg dengan lembut.
"Ada apa, Sayang? Ada sesuatu yang terjadi pada Liberty?" tanyanya.
Greg menarik nafas panjang, dia menggeleng sejenak untuk meredakan emosi yang sempat hampir meledak, lalu menoleh pada Davina dengan lesu.
"Liberty ada di kantor polisi, dia membuat ulah," jawabnya pelan.
Davina menghela nafas, dia tahu Greg sudah jengah dengan kelakuan putrinya itu. Tapi dia tentu tak bisa bersikap lebih keras lagi, apalagi sikap Liberty yang seolah berubah menjadi pembangkang itu adalah karena dirinya.
"Tenangkan dulu, jangan sampai kamu emosi di sana nanti!" kata Davina dalam dialek Indonesianya, diusap-usapnya bahu Greg.
Greg mengangguk dengan wajah kalut.
"Aku tak tahu harus bagaimana kalau tidak ada kamu di sini," ucapnya membalas dengan bahasa Indonesia yang kaku.
Davina ingin tertawa mendengarnya, Greg sangat lucu jika berbicara dengan bahasa Indonesia. Tapi melihat wajah suaminya yang gusar sekaligus sedih itu membuatnya menahan diri dan hanya merapatkan bibir, apalagi ketika Greg datang merebahkan kepala di bahunya.
"Sekali lagi, dia hanya sedang dalam proses pencarian jati diri, kita harus memakluminya apalagi aku sendiri ikut andil dalam semua ini," ucap Davina seraya membelai rambut Greg.
Greg cepat mengangkat kepala dan menatap Davina.
"Tolong jangan berkata seperti itu lagi, Davina, kalian adalah tanggung jawabku dan disini akulah yang berperan kuat atas semua yang terjadi, jadi jangan pernah menyalahkan diri untuk apapun!" ucapnya memegang wajah Davina dan menatapnya dalam-dalam.
Davina tersenyum dan memegang tangan Greg di pipinya, merebahkan wajahnya di sana.
"Aku percaya pada perasaanmu padaku, Greg, itulah kenapa aku bertahan dan tetap di sini," balasnya.
Air muka Greg sontak berubah cerah mendengarnya, dia tampak menarik nafas panjang dengan lega.
"Liberty seharusnya bisa membuka mata lebih awal untuk menyadari betapa kau itu sangat istimewa, Davina!" tukasnya sendu, sedikit sesal mewarnai manik matanya.
"Semuanya butuh waktu untuk bisa menerima, apalagi Liberty yang sangat mencintai ibunya dan dia takut kehilangan kamu," kata Davina tulus.
Greg mengangguk, "Ya, aku hanya takut kau yang menyerah, Davina, aku tidak tahu harus bagaimana jika seandainya kau pergi dan menyerah pada kami," ungkapnya menatap dengan sedih.
Davina menggeleng, "Sudah kubilang aku mencintaimu sepenuhnya, Greg, dan Liberty adalah gambaran diriku sendiri di masa lalu, jadi sedikit banyak aku mengerti dengan sikapnya sekarang ini."
Greg hanya tersenyum seraya mengusap pipi istrinya itu dengan sayang.
"Sekarang tolong tenanglah dulu, jangan datang ke sana dalam keadaan marah karena itu hanya akan membuat semuanya semakin runyam," kata Davina mentap Greg, "dan Liberty tidak akan mau mendengarkanmu," lanjutnya.
Greg mengangguk, sekali lagi dia menghela nafas dalam-dalam untuk meredakan perasaan marahnya.
"Baiklah, aku pergi dulu, setelah semuanya selesai aku akan kembali secepatnya!" ucapnya lugas.
Davina tersenyum seraya memakaikan jaket pada Greg, "Jangan buru-buru! Aku tidak akan kemana-mana!" ujarnya, "kabari saja kalau ada apa-apa, nanti aku siapkan makanan enak untuk kalian!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Being Your Mama
General FictionBlurb singkat : Davina yang harus berhadapan dengan anak remaja putri, dari Gregory Smith, tunangannya. Yang menolak kehadirannya sebagai calon istri ayahnya. Juga menghindari cinta segitiga yang menjebaknya bersama atasannya, Axel William Brighton...