10. A Little Touch.

655 31 0
                                    

***

Davina terbangun, gerakannya terhenti saat merasakan beban di perutnya. Ia menunduk melihat tangan Greg yang melingkar, memeluknya posesif. Ia pun tersenyum.

Greg tertidur di kamar Davina sejak tadi sore insiden itu terjadi.

Davina melihat jam digital di nakas, dimana layar kecilnya menunjukkan pukul 11 lewat 45 menit. Ia ingin ke kamar mandi. Dengan hati-hati, dipindahkannya tangan Greg dari perutnya. Bergerak pelan agar tidak membuat pria itu ikut terjaga. Setelah berhasil melepaskan diri, dan memastikan jika Greg masih terlelap, Davina pun bangkit berdiri lalu berjalan menuju kamar mandi.

Sebelum itu, dia memeriksa ponselnya. Siapa tahu ada kabar dari Liberty. Dan benar saja, ada nomer asing yang sepertinya itu nomer telepon dari Claire. Yang mengatakan jika Liberty ikut pulang ke rumahnya malam ini. Davina pun segera membalasnya, meminta untuk menjaga Liberty untuk saat ini. Setidaknya sampai emosi kedua ayah dan anak itu mereda, tak lupa ia mengucapkan terimakasih pada Claire.

Davina menghela nafas panjang.

Liberty tidak benar-benar ingin pergi ke klub, gadis itu hanya marah pada Greg dan juga dirinya. Dan ia percaya jika baik Claire maupun Mori tidak akan membawa pengaruh buruk bagi Liberty meskipun mereka suka keluar malam dan pergi ke klub malam.

Davina hampir menjerit kaget saat merasakan sentuhan di pinggangnya, jika tidak menyadari siapa pelakunya.

"Greg! Jangan mengagetkanku!" desahnya menekan suaranya.

Greg tersenyum di belakangnya seraya terus memeluk Davina.
"Maaf," bisiknya, lalu mencium leher Davina dengan lembut.

"Hentikan ..." ucap Davina dengan nafas tertahan.

"Kau tahu jika itu adalah kata terlarang bagiku," bisik Greg. Bibirnya menelusuri kulit leher Davina, membuat wanita itu terpejam sambil memegang lengan Greg yang melingkar di perutnya.

Greg memutar tubuh Davina dengan lembut, hingga mereka akhirnya berhadapan.

"Kau tahu, entah bagaimana aku menghadapi semua ini jika tidak ada kamu disini," ucap Greg dengan suara serak, menyatukan kening mereka.

"Jika aku ingin memasuki keluarga ini, tentu aku juga harus turut andil menghadapi semua ini," ucap Davina, mendongak menyentuh wajah Greg, "bagaimanapun sikap Liberty ini ada kaitannya denganku, Greg." tambahnya.

Greg mengusap rambut Davina, merapikan anak rambut di kening wanita itu. Menelusuri setiap inci wajah itu, lalu tersenyum.

"Kau wanita tercantik di mataku," bisiknya seraya menarik tangan Davina dan menciumnya lembut.

Davina menarik nafas cepat, "Jangan mengalihkan pembicaraan!" protesnya dengan tatapan datar.

Greg terkekeh, tak menggubris penolakan Davina, pria itu terus mendorong lembut hingga Davina terjebak di dinding di antara kedua tangannya. Menarik kedua tangan Davina ke atas dan menahannya.

"Greg ..." bisik Davina menahan nafas. Pandangan keduanya bertemu, dan Davina pun memejamkan mata saat pandangan Greg meredup dan mendekatkan wajah mereka.

***

Claire menekankan kapas dengan antiseptik di tangannya ke atas luka di bibir Liberty dengan selembut mungkin. Namun tetap saja Liberty meringis menahan perih sewaktu cairan merah itu menyentuh lukanya.

"Ma-maaf, aku akan berhati-hati," ucap Claire gugup, wajahnya masih terlihat cemas dan ketakutan. Juga tampak sembab karena menangis sejak pulang dari klub. Saat ini pun matanya masih berkaca-kaca dengan sisa air mata di sudut matanya.

Being Your MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang