***
Liberty menunggu saat-saat Beatrice mengoyak pakaiannya, ia memejamkan mata, memalingkan wajahnya menghindar dari sorotan kamera dari salah satu dari mereka.
Ia berjengit saat merasakan dingin logam dari gunting menyentuh kulit pahanya, perlahan bergerak naik. Suara kain yang terpotong dibarengi suara tawa puas mereka berputar mengisi ruangan toilet. Liberty menggigit bibir menahan tangis. Dan tawa Beatrice yang terbahak begitu gunting mencapai ujung atas pakaiannya dan membuka kain tipis bahan satin itu. Menampilkan tubuh Liberty yang masih memakai bra dan celana dalam. Dan kamera ponsel itu semakin dekat menyorotinya.
"He-hentikan ...!" pinta Liberty dengan suara memelas.
Beatrice justru semakin kencang tertawa.
"Apa? Kau memohon?" cibirnya, disambut tawa teman-temannya.Liberty menatap benci pada Beatrice, dengan mata merah menahan amarah.
"Kenapa kau membenciku begitu keras, Beatrice? Apa salahku?" tanya Liberty. Tak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh Beatrice padanya.Tawa Beatrice terhenti, gadis itu melempar tatapan benci pada Liberty. Lalu mendekatkan wajahnya.
"Aku benci karena semua orang mengagumimu, Smith! Kau merebut Mori, dan bahkan mencuri perhatian Derek! Semua orang memperhatikanmu bahkan saat kau tidak berniat untuk melakukan apapun! Dan aku benci itu!" teriak Beatrice di akhir kalimat.
Liberty memejamkan mata merasa ngilu karena ujung tajam gunting begitu dekat di depan matanya.
"Kau berpikir terlalu jauh, Beatrice! Aku sama sekali tak berniat merebut itu semua!" tepis Liberty terisak. Memutar otak untuk mengulur waktu, semoga pengawalnya menyadari jika dirinya terlalu lama di dalam toilet dan mencarinya.
Beatrice berdecih sinis, "Justru karena itulah aku semakin membencimu, Liberty! Dan aku tidak puas sampai kau benar-benar hancur!" pekiknya kemudian tertawa kencang.
"Kau sakit!" kecam Liberty gemetar menahan amarah.
Beatrice menghentikan tawanya, beralih menatap Liberty dengan mata merah penuh kebencian. Sorot matanya lapar seperti serigala, dan tangannya bergerak mengubah posisi gunting. Membuat Liberty dan bahkan mereka yang ada di ruangan itu saling melempar pandangan dengan ekspresi mulai panik.
"Hentikan, Beatrice! Kau sudah kelewatan!" kata Liberty, tak urung ia pun mulai ketakutan dengan apa yang akan terjadi.
Beatrice menyeringai dan mulai maju melangkah perlahan. Kedua gadis yang memegangi Liberty saling pandang dan melonggarkan pegangan mereka.
"Beatrice, kau tidak akan melakukan itu! Kau bilang kita hanya akan menakutinya saja!" Salah satu dari mereka mencoba memperingatkan.
Beatrice tak menggubrisnya, seolah ada yang merasukinya. Kedua gadis temannya mundur takut ketika melihat Beatrice mengacungkan gunting tinggi-tinggi. Bersiap menyerang.
Liberty tersudut, ia takut namun tak boleh kalah untuk sekarang atau dia akan celaka. Beatrice sudah sepenuhnya gelap mata dan ingin melukainya.
"Hentikan, Beatrice! Jangan sampai kau menyesal!" Liberty masih berusaha menyadarkan.
Beatrice justru semakin menyeringai, "Kau sudah di depan mata, untuk apa aku berhenti?!" tukasnya.
Teman-temannya memekik ngeri saat akhirnya Beatrice benar-benar menghunjamkan gunting kepada Liberty, namun beruntung Liberty masih bisa menguasai diri dan menangkap tangan Beatrice dengan sigap. Hingga akhirnya terjadilah saling dorong dengan Liberty memegangi tangan Beatrice yang terus menekannya.
"Kau harus mati, Liberty! MATI!"
Beatrice menghentak keras membuat Liberty kehilangan keseimbangan sehingga pegangan tangannya terlepas, membuat ujung gunting menyambar sisi tubuhnya dan menggores lengannya. Dia pun berteriak kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being Your Mama
General FictionBlurb singkat : Davina yang harus berhadapan dengan anak remaja putri, dari Gregory Smith, tunangannya. Yang menolak kehadirannya sebagai calon istri ayahnya. Juga menghindari cinta segitiga yang menjebaknya bersama atasannya, Axel William Brighton...