***
Davina kembali muntah untuk ke sekian kalinya. Mengeluarkan semua makanan yang baru saja masuk ke dalam perutnya beberapa menit lalu. Tangannya memegang erat pada tepian porselen, bertahan agar ia tidak tersungkur karena kepalanya juga terasa pusing. Ia memejamkan mata, mencoba meredakan rasa mual yang mendesak dan terus bergejolak di dalam perutnya. Juga, penglihatannya yang seolah semuanya berputar tak karuan.
"Davina!"
Dengan gemetar, Davina berdiri. Menekan tombol secepatnya, membuang hal menjijikkan di dalam toilet sebelum Elena benar-benar masuk mengikutinya ke dalam kamar mandi.
"Kau baik-baik saja? Kau pucat sekali!" kata Elena seraya memburu ke arah Davina, membantu wanita muda itu berdiri tegak.
"Tidak apa-apa, hanya pusing." ucap Davina pelan. Tersenyum letih.
Elena menatapnya dengan cemas.
Mereka kembali ke ruangan dapur. Davina duduk dengan perlahan, matanya masih terpejam dengan kening berkerut dalam. Lalu menumpu kepalanya dengan kedua tangan di atas meja. Elena membiarkannya, bahkan saat Davina terlihat buru-buru mengusap air mata yang hampir terjatuh.
"Apa kau sudah memberitahu Greg?" tanya Elena prihatin.
Davina mengangkat wajahnya, sedikit terkejut dengan ucapan Elena. Ia berusaha agar memendam semuanya sendiri, namun tentu saja, sebagai wanita yang hampir setengah abad menjalani hidup, Elena pasti sudah paham dengan apa yang terjadi.
Davina tengah mengandung.
Sesaat kemudian mata Davina meredup, lalu tertunduk dengan senyum getir di bibirnya.
"Greg sedang sibuk mencari Liberty," ucap Davina, sedikit tersendat. "Aku akan memberitahunya jika situasi sudah memungkinkan."
Elena meluruhkan bahunya, prihatin dan iba melihat wanita cantik yang beberapa bulan lalu datang ke mansion Smith itu, saat ini terlihat pucat dan agak kurus.
"Kau harus memberitahu Greg, bagaimanapun itu juga darah dagingnya, Sayang!" kata Elena menyentuh tangan Davina di atas meja.
Davina terdiam, namun air matanya meleleh tanpa bisa dicegah, meski bibirnya masih berusaha untuk tersenyum.
"Dia mengabaikanku beberapa hari ini, Elena! Membuatku merasa bersalah atas semua ini," tutur Davina mulai menangis tertahan, "andai ada yang bisa kulakukan agar Liberty kembali ke rumah ini, apapun itu pasti akan kulakukan!" Davina terisak.
"Termasuk jika memang aku harus pergi!"
"Tidak!" tepis Elena cepat. Ia menggeleng dengan mata mulai berair.
"Kau tidak bisa pergi dari sini, Davina! Hanya kau yang bisa menyayangi Liberty seperti Regina! Hanya kau!" kata Elena tersendat karena tangisnya mulai tak terbendung, menggenggam erat tangan Davina.
Davina pun tak mampu lagi menahan air matanya. Tangisnya pun tumpah.
"Kau tidak tahu betapa sakitnya diabaikan oleh orang yang kau cintai, yang kau gantungkan semua tujuan hidupmu padanya, Elena!" rintih Davina, "betapa aku berusaha agar tidak cemburu pada Liberty, betapa aku berusaha agar tidak jengah dan membencinya!"
"Sementara aku juga tengah hamil anaknya!"
Davina tergugu, tertunduk di meja berurai air mata. Elena tersentuh, ia pun segera meraih bahu wanita muda itu dan memberikan pelukan hangatnya. Membiarkan Davina menangis melepas semua kesakitannya. Ia sendiri pun tak bisa menahan tangisnya. Dibelainya rambut Davina, memberikan dukungan dan menenangkannya.
***
Axel bersedekap tangan, menatap Liberty dengan kening berkerut dalam. Di sisi lain, Mori juga tengah mengawasinya dengan sorot mata tidak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being Your Mama
Fiction généraleBlurb singkat : Davina yang harus berhadapan dengan anak remaja putri, dari Gregory Smith, tunangannya. Yang menolak kehadirannya sebagai calon istri ayahnya. Juga menghindari cinta segitiga yang menjebaknya bersama atasannya, Axel William Brighton...