27. Hard Decision.

284 20 4
                                    

***

"Nona Davina!"

Davina tersentak kaget, begitu juga dengan Axel. Keduanya mengerjap seolah tersadar. Axel memejamkan mata sambil cepat memalingkan wajahnya. Davina tertunduk dan semakin gugup saat menyadari jika dirinya mencengkeram lengan Axel sedari tadi.

"Nona Davina, kau tidak apa-apa?" Raline mendekat dengan wajah khawatir.

Mereka menoleh dan mendapati tatapan para karyawan lain terkejut ke arah mereka. Membuatnya keduanya tersadar dengan apa yang baru saja terjadi.

Axel membantu Davina kembali berdiri tegak, memastikan wanita itu aman dan selamat. Davina menyadari jika salah satu sepatunya bahkan terlepas dan ada di tengah-tengah tangga.

"Hati-hati!" kata Axel dingin.

"Terimakasih!" balas Davina mencoba tersenyum.

"Ah, kau mengagetkan kami semua!" kata Raline membantu memapah Davina yang berjalan tertatih dan tidak seimbang karena sepatu hak tingginya hanya sebelah.

Axel mendudukkan Davina di atas kursi station kopi. Davina meringis tertahan ketika merasakan sengatan di pergelangan kakinya. Ketika ia memeriksanya, tampaknya dia terkilir tadi dan membuat area pergelangan kakinya terlihat sedikit memar.

Axel berlutut di bawah kaki Davina, memeriksa kaki wanita itu.

"Ah, maaf, A--Tuan ... aku tidak apa-apa! Tolong berdiri!" kata Davina sedikit risih dan canggung.

Axel mendongak, tapi sebelum bibirnya terbuka untuk menjawab, seorang karyawan datang membawa sebelah sepatu Davina dan ponselnya.

"Ini sepatu dan ponselnya, Nona!" katanya.

"Wow, kelihatannya mati total!" komentar Raline membanu menerima ponsel itu. Sementara sepatunya diminta oleh Axel.

"Maafkan aku ceroboh!" ucap Davina tersenyum kaku, merasa bersalah karena mengejutkan semua orang.

"Tidak apa-apa, Nona! Kami lega Tuan Axel datang tepat waktu dan menyelamatkanmu!" Raline yang menjawab. Davina mengulas senyum penyesalan membalasnya.

"Sepertinya kakimu cedera," kata Axel, ia lalu mendongak menatap Davina, "kita harus ke rumah sakit!" lanjutnya, meminta persetujuan.

Davina mengalihkan pandangan ke bahu Axel, namun justru itu mengingatkannya pada saat Axel menunduk menumpukkan kepalanya di bahunya waktu itu.

"Tidak apa-apa, ini tidak terlalu parah!" tolak Davina menundukkan pandangannya.

"Perlu diperiksa, Nona Davina! Karena itu mulai membiru!" kata Raline mengernyit ngilu.

Davina meringis juga akhirnya karena pergelangan kakinya terasa semakin sakit dan menyengat. Axel memegangnya, menopang kaki Davina dengan lembut di atas pahanya. Membuat si empunya menahan nafas.

"Kau tahu, Davina? Kedatanganmu di perusahaan ini membawa banyak perubahan," kata Axel tiba-tiba, sementara kedua tangannya memegangi kaki Davina seraya memijit lembut daerah yang tampak mulai membiru itu.

Baik Raline dan beberapa karyawan yang masih berada di sekitar mereka menangkap sesuatu. Wajah mereka menahan ngeri diam-diam.

Axel memastikan mata mereka bertemu, mengunci pandangan.

"Kau merubah segalanya, dan aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja," ucap Axel, terlihat seperti sedang membicarakan tentang perusahaan mereka, "aku menyadari jika kehadiranmu di sini sangatlah berharga bagi perusahaan, dan berharap kau bisa tinggal lebih lama dan tentu, kami akan memberikan apresiasi sepadan untuk pemikiran jeniusmu!"

Being Your MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang