35. Liberty is Gone.

319 14 0
                                    

***

Liberty tertegun saat membaca tulisan di map berkas di tangannya. Dahinya mengernyit, seolah berpikir keras. Membaca berulang kali tulisan tebal berwarna emas sebagai nama perusahaan.

Dan kemudian matanya terbuka lebar.

Ini nama perusahaan yang sama di dalam desain milik Davina, yang ia rusak tempo hari. Seketika wajahnya mulai kebingungan.

Jadi Axel memang benar merupakan pemilik perusahaan Brighton yang itu? Lalu, bagaimana caranya ia mengantarkan berkas itu ke kantor tanpa bertemu dengan Davina?

Liberty pun kemudian hanya bisa mondar-mandir di luar kamar Axel. Berpikir sambil diburu waktu. Hingga kemudian, sebuah ide terbersit dalam pikirannya. Ia pun segera menuju kamarnya sendiri untuk bersiap.

***

Sementara itu, di kantor Axel. Pria itu juga tampak mondar-mandir tidak tenang.

"Kemana anak itu? Kenapa lama sekali?" gerutunya.

Terdengar pintu ruangan diketuk, namun sebelum ia menjawab pintu terbuka dengan cepat dan Karen muncul dengan wajah tegang. Dan yang membuat Axel mengangkat alis adalah penampilan gadis itu yang terlihat berubah. Rambut pirang panjangnya berubah warna menjadi coklat, pakaiannya terlihat lebih girly dengan midi dress berwarna cerah dan sepatu high heels di kedua kakinya. Dan saat ia berbalik dan menutup pintu, Axel semakin heran saat melihat gadis itu memakai lensa kontak berwarna coklat.

"Ini berkasmu!" ujarnya seraya berjalan cepat menghampiri, lalu meletakan map ke atas meja.

Alih-alih menerima berkas, Axel malah meneliti penampilan Karen dari atas ke bawah, dan sebaliknya. Membuat gadis itu memutar bola matanya dengan jengah.

"Tidak ada yang lain? Aku akan pergi!" tukasnya agak kesal.

Axel terkekeh, "Uang merubah segalanya!" celetuknya.

Karen tampak tak tersinggung, justru ia terlihat tidak sabar ingin segera keluar, seolah ruangan itu terasa panas.

"Aku pulang sekarang!" pamitnya tak mempedulikan tawa Axel yang mengejeknya. Ia pun berbalik, namun seketika itu juga ia kembali memutar tubuhnya dengan matanya membelalak lebar.

Davina masuk ke ruangan.

Axel mengerutkan kening melihat gelagat aneh Karen. Gadis itu seperti menahan nafas dengan wajah tegang.

"Maaf, Sir! Kau sudah ditunggu di ruang rapat!" kata Davina mengingatkan. Berdiri tepat di samping Karen. Gadis itu memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Maaf, kukira kau sedang tidak ada tamu!" kata Davina menoleh pada Karen.

"Ah, ya! Dia ... " Axel menggantung kalimat saat melihat Karen melotot padanya, menggelengkan kepalanya dengan samar memberi isyarat.

Davina mengerutkan kening melihat Axel dan gadis di sampingnya itu terlihat saling melempar pandangan dengan wajah bingung.

"Dia keponakanku!" tukas Axel tersenyum lebar. Diam-diam menatap curiga pada Karen, yang tampak lega mendengar ucapan Axel.

Davina mengangkat alis, "Oh, ya?" ucapnya masih terlihat bingung.

"Ya, perkenalkan Karen McKenzie, dan ini Davina Smith," kata Axel seraya memutar tubuh Karen dengan setengah memaksa.

Karen menutup mata tak ingin melihat reaksi Davina, yang memang saat itu juga terlihat membeku begitu melihat wajah Karen di hadapannya.

"Dia baru datang dari Prancis, jadi mungkin masih agak kaku," dorong Axel pada Karen untuk memperkenalkan diri.

Karen membuka mata, dan hanya mampu tersenyum kaku dengan jantung berdebar. Dengan gemetar mengulurkan tangannya.

Being Your MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang