26. Stare on Stairs.

288 19 0
                                    

***

Liberty datang tepat saat pertandingan Lacrosse baru saja dimulai, ia duduk di samping Annabelle yang bersorak bersama penonton lain untuk memberi semangat pada tim Lacrosse sekolah mereka.

"Sudah selesai?" kata Annabelle mengerling menggoda. Liberty hanya tersenyum seraya menunduk malu.

"Ah, rupanya dia main juga!" seru Annabelle dengan pandangan ke lapangan.

Liberty ikut melihat ke sana. Tampak Nathan juga bersiap untuk bermain, hanya saja dilihat dari warna seragamnya, dia bermain sebagai tim lawan. Ketika menurunkan helm-nya, matanya bertabrakan tepat ketika Liberty tengah melihat kepadanya. Sejenak, dia mengunci pandangannya pada Liberty selagi menyiapkan tongkat berjaringnya.

Liberty tertegun, karena mata Nathan begitu tajam dan dingin dari balik helm-nya itu.

"Dia tampan, jika bukan manusia, orang akan mengira dia itu werewolf dari mata coklat terangnya itu, seperti di Teen Wolf!" ujar Annabelle lalu diakhiri dengan tawa gelinya sendiri.

Liberty tertawa kaku, "Ya, kau benar!" timpalnya seraya memutus pandangan dan berpaling ke arah lain.

Nathan sendiri tampak segera berlari ke tengah lapangan, bersiap untuk memulai pertandingan. Suara peluit dari wasit pun berbunyi, menandakan pertandingan dimulai. Diiringi sorakan para penonton, para pemain mulai bergerak. Saling berebut bola sebesar bola kasti itu.

Lacrosse adalah sejenis permainan/olahraga dengan pemain berjumlah 10 orang, dengan tongkat dengan ujung melebar dan berjaring. Cara bermainnya seperti hoki es, juga dengan kontak fisik penuh seperti olahrga bola rugby. Tidak heran jika seringkali para pemain cedera akibat benturan selagi berebut bola.

Pertandingan berlangsung seru dengan masing-masing tim sudah mencetak angka dengan membobol gawang lawan. Tak jarang para penonton dibuat berseru seraya meringis ngeri menyaksikan tabrakan antar pemain.

Liberty melihat Nathan bermain dengan gesit, terkesan tenang namun berbahaya. Badannya terlihat kokoh meski ditabrak pemain dari tim Beacon yang berbadan besar. Dan suatu momen dia menoleh ke arah Liberty, langsung menatap matanya untuk sepersekian detik. Tanpa kehilangan konsentrasi, dia terus berlari membawa bola di jaringnya dan begitu tepat di depan gawang, tembakannya cepat dan langsung melewati penjaga tanpa mampu ditahan.

Penonton dari pihak lawan pun bersorak dengan bertambahnya angka skor tim kesayangan mereka. Untuk sementara skor imbang.

"Dia mengagumkan!" puji Annabelle dengan pandangan mengikuti Nathan tanpa berkedip.

Liberty menghembus pelan. Entah kenapa justru hatinya tidak nyaman setiap matanya beradu dengan mata coklat terang milik Nathan. Sejak di perpustakaan itu, seperti ada sesuatu yang dilempar oleh pemuda itu jika mereka bertatapan. Membuatnya tidak tenang.

Beberapa menit menuju akhir pertandingan, terdengar teriakan ngeri dari penonton yang berdiri terkejut, bersamaan dengan suara debum keras di tengah lapangan. Liberty sendiri melihat ke arah sana.

Matanya melebar saat melihat Nathan terbaring di tanah dengan meringis kesakitan. Tampaknya dia terkena benturan cukup keras dari Giant, pemain tim Beacon yang memiliki postur tubuh tinggi besar. Sejenak pertandingan dihentikan, dan tim medis secepatnya datang membawa tandu.

"Sepertinya dia cedera," kata Annabelle dengan raut wajah khawatir.

Liberty hanya menggumam mengiyakan. Mereka tak bisa melihat dengan jelas karena para pemain juga berkerumun mengelilingi Nathan yang sedang diperiksa oleh tim medis.  Nathan tampak mengerang keras.

"Aku tidak bisa melihatnya!" ungkap Liberty ngeri, semua orang mendengar suara tulang yang berderak dalam tabrakan mereka tadi.

Liberty beranjak dan pergi dari bangku penonton. Tak peduli lagi dengan pertandingan di sana.

Being Your MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang