25. New Student.

319 24 2
                                    

***

Davina berjalan menuju kamarnya, ketika melewati pintu darurat, seseorang menariknya ke balik tembok. Membuatnya memekik dan hampir menjerit jika saja orang itu tidak membekapnya.

Matanya melotot kaget begitu melihat siapa pelakunya.

"Jangan berteriak, oke?" bisik Axel mendekatkan wajahnya, menatap lurus ke mata Davina.

Davina mengangguk cepat-cepat, perlahan Axel pun melepas bekapannya.

"Tolong--!"

Axel mendelik seraya kembali membekap mulut Davina dengan wajah panik.

"Fuck! What are you doing?!" bisiknya geram.

Davina diam-diam tertawa dalam hati melihat wajah panik Axel dan bagaimana pria itu melihat keadaan sekitar untuk memeriksa keadaan. Namun matanya kembali membeliak lebar saat tiba-tiba Axel menariknya memasuki pintu darurat.

Setelah menutup pintu, Axel menahan Davina di dinding. Tidak ada yang akan melihat mereka disini karena ini merupakan tangga darurat untuk keselamatan jika terjadi sesuatu di hotel. Hanya ada tangga yang mengular ke bawah, dan diterangi lampu merkuri kecil di setiap lantai. Membuat suasana menjadi temaram dan bagi Davina itu sedikit menyeramkan.

"Jangan berteriak, Davina! Aku hanya ingin minta maaf atas kejadian tadi siang!" kata Axel, kaku namun ada nada memohon dibaliknya.

Davina mengangguk mengiyakan, meyakinkan Axel jika ia akan diam. Perlahan Axel pun melepas bekapannya. Davina terengah kemudian.

"Ini caramu meminta maaf?!" semburnya kesal.

Axel menarik sudut bibirnya ke bawah, "Maaf!" sahutnya singkat.

Davina mendengus seraya memutar bola matanya. Ia berniat untuk keluar, namun Axel menahannya.

"Apa lagi?" hembus Davina gusar. Ia lelah dan ingin segera mandi dan istirahat.

"Kau memaafkanku?" tanya Axel menahan tangan Davina.

Davina diam, melihat Axel yang menatapnya. Meski wajah pria itu terlihat kaku, namun sorot matanya benar-benar menyiratkan perasaan bersalah.

"Axel, bukan begini cara orang normal meminta maaf!" kata Davina. Sedikit heran dengan tingkah atasannya itu.

Bagaimana sebenarnya dia hidup selama ini? Apa dia tidak pernah meminta maaf?!. Batin Davina.

Axel mengendikan bahu, "Ini pertama kalinya," jawabnya canggung mengusap tengkuknya dengan kikuk.

Davina menggantung rahangnya tak percaya. Apa seorang Axel William Brighton memang seangkuh itu?!

"Tapi aku memang tak bisa menahan diri setiap di dekatmu, Davina," kata Axel, menatap Davina. Ia mendekat, membuat Davina menahan nafas dengan waspada.

Axel mengangkat tangannya, terulur dan mengusap pipi Davina dengan lembut. Wanita itu seolah membeku menatapnya.

"Aku tidak mengerti," kata Axel, "apa yang membuatmu bertahan meski pernikahan kalian tertahan karena putrinya Smith jelas menolak kehadiranmu, Davina!"

Davina tertegun, "Kau tahu?" tanyanya heran.

Axel tersenyum, "Tidak akan ada yang luput dari perhatianku jika itu menyangkut tentangmu."

Davina semakin terdiam, sikap Axel kali ini terlalu lembut.

"Apa sebenarnya yang kau inginkan, Axel?" tanya Davina, hatinya mulai resah. Takut jika ini sesuai dengan perkiraannya.

Axel menunduk mendekatkan wajahnya. Membuat Davina menahan nafas.

"Aku ingin memilikimu ..." bisik Axel dengan mata meredup, lalu mencium bibir Davina dengan lembut.

Being Your MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang