***
Suasana kantor Brighton tampak seperti biasa siang itu. Para karyawan terlihat santai selagi bekerja, tanpa terlihat tertekan. Mereka mengerjakan pekerjaan bersama-sama. Sambil menenteng cangkir kopi, membahas pekerjaan dengan ceria.
Sementara itu, Davina sendiri di salah satu meja istirahat. Agak menyingkir dari lalu lalang orang-orang. Ia butuh suasana lebih lapang, selain pekerjaan projek desain baru yang lebih rumit, pikirannya juga sulit untuk konsentrasi. Beberapa kali ia hanya menghela nafas panjang.
"Ada kesulitan?"
Davina mendongak mendengar suara Axel. Laki-laki itu berdiri di depannya, tersenyum sambil tangannya terlihat memegang gelas besar berisi jus. Mata mereka yang sempat beradu pandang membuat Davina seketika gugup. Maka ia cepat-cepat kembali menunduk, dan mengangguk.
Axel bergerak duduk di kursi seberang. Walaupun jarak mereka cukup jauh terhalang oleh meja dan laptop, tetap saja aura dominan pria itu menguar membuat kaku suasana.
"Aku membawakan ini," kata Axel seraya meletakkan gelas tadi.
Davina meliriknya, segelas besar smoothies. Dari aromanya yang manis, sepertinya itu campuran pisang dan beberapa buah lainnya. Ia pun mendesah dalam hati, Axel sepertinya paham dengan apa yang bisa menenangkan wanita yang tengah hamil muda dan mengalami morning sickness seperti dirinya.
"Dan ini," tambah Axel mengangkat paper bag dengan tulisan brand salah satu restoran sushi terkenal. "Semoga bisa kau makan!" lanjutnya tersenyum.
Davina menelan saliva, liurnya hampir menetes melihat Axel mengeluarkan beberapa kotak berisi susunan sushi berbagai varian rasa.
"Kau membelinya untukku?" tanya Davina sedikit heran.
Axel tersenyum lebar sampai giginya terlihat. Berderet putih dan rapi. Ekspresinya seperti anak kecil.
"Ya, aku pernah melihat perempuan hamil muda tidak bisa makan apapun, tapi sushi bisa," ujarnya terkekeh.
Davina tak urung tertawa seraya mengangguk mengiyakan.
"Ya, liurku hampir menetes melihatnya!" ungkapnya terus terang.
Axel pun turut tertawa kecil. Dia lalu menyiapkan sumpit, dan memberikannya pada Davina. Dengan wajah sumringah, Davina pun menerima sumpit dari tangan Axel.
"Semoga tidak mual!" gumamnya agak cemas. Diambilnya potongan sushi dengan alpukat di atasnya, lalu dengan wajah meringis memasukkannya ke dalam mulutnya. Matanya terpejam takut, sembari mencoba mengunyah perlahan.
Axel pun memperhatikan dengan tegang. Wajahnya hampir terperangah senang, namun langsung lesu seketika saat melihat Davina membelalak sambil membekap mulutnya. Tak perlu menunggu sedetik pun untuk perempuan muda itu berlari ke arah toilet wanita dengan panik. Dan Axel hanya mampu melihat dengan mulut terbuka.
Bukan tidak kasihan, tapi ia tak bisa membantu sementara karyawan lain memusatkan perhatian pada mereka sedari tadi meski secara mencuri-curi pandang. Davina sekarang berstatus istri orang. Maka yang bisa ia lakukan hanya duduk menunggu dengan was-was.
Selang beberapa menit, Davina kembali muncul dengan wajah sembab dan pucat. Sepertinya ia mencuci muka setelah muntah dengan payah.
"Kau baik-baik saja?" tanya Axel tanpa menyembunyikan rasa cemasnya.
Davina menarik nafas lelah, lalu tersenyum tak semangat. "Hanya kepayahan!" jawabnya menggeleng merasa lucu sendiri. Ada makanan enak di hadapannya, tapi Sang Janin masih menolak untuk ibunya makan dengan tenang.
Axel pun menatapnya iba. Ia mengambil alih sumpit, mengambil sushi dengan rasa lain. Dengan daging ikan salmon di atasnya.
"Coba yang ini," ucapnya menyodorkannya tanpa canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being Your Mama
General FictionBlurb singkat : Davina yang harus berhadapan dengan anak remaja putri, dari Gregory Smith, tunangannya. Yang menolak kehadirannya sebagai calon istri ayahnya. Juga menghindari cinta segitiga yang menjebaknya bersama atasannya, Axel William Brighton...