***
Suasana makan malam terasa kaku dan tegang kali ini. Davina melirik Greg, yang tampak masih marah pada Liberty atas apa yang dilakukannya tadi siang pada Davina. Sementara Liberty sendiri terlihat diam dan makan dengan sedikit tegang. Meski matanya sama sekali tidak merasa bersalah ketika beradu pandang dengan Davina.
Slime dan tepung holi yang bercampur membuat rambut Davina super lengket. Dan ada cairan lem juga di dalam campuran slime itu, membuat penata rias terpaksa memotong rambut Davina sebagian. Dengan kerja keras selama berjam-jam, membuat penampilan wanita itu tampak baru dengan potongan rambut sebahu yang elegan.
Sebenarnya Davina sudah tidak marah lagi, terlebih ia suka dengan gaya rambut barunya. Namun sepertinya tidak bagi Greg, pria itu tidak suka dan marah dengan yang dilakukan putrinya itu.
Suara alat makan yang berdenting kencang membuat Davina tersentak kaget, begitu pula dengan Greg. Mereka langsung menatap ke arah Liberty yang berdiri, menghentakkan kakinya kemudian bergegas meninggalkan meja makan dengan langkah cepat.
Davina menghela nafas, ia lalu melirik Greg yang tampak mengeraskan rahangnya. Mereka langsung kehilangan selera makan.
"Jangan terlalu keras padanya." ucap Davina menyentuh tangan Greg. Pria itu menoleh dengan mata menyorot putus asa.
"Aku kecewa dengan sikapnya sekarang ini." kata Greg memejamkan mata sebentar, meredam rasa marah di dadanya.
"Aku mengerti, tapi dia tidak bermaksud jahat. Dia hanya takut jika aku merebut kasih sayangmu." kata Davina. Ketika Greg menoleh padanya, wanita itu tersenyum sendu.
Greg balik membalas genggaman tangan Davina.
"Aku memilihmu karena aku percaya jika kau adalah wanita yang tepat, Davina!" ucap Greg, ada nada khawatir di dalam suaranya.Davina mengangguk seraya tersenyum.
"Aku tahu, Greg. Tapi Liberty tidak berpikir demikian," kata Davina lembut, "dia butuh waktu untuk menerimaku, jadi apapun yang dia lakukan, tolong jangan menegurnya berlebihan!" pinta Davina di akhir kalimat.Greg menatap kedua mata Davina, mencari ketulusan di manik mata wanita itu. Dan ia pun kalah karena Davina memang seperti itu sejak awal mereka berkenalan. Jujur dan spontan.
Greg menghela nafas dalam-dalam, dan menghembuskan dengan perlahan.
"Baiklah, tapi justru aku takut jika kau yang menyerah, Davina!" kata Greg berterus terang, "aku tidak akan bisa menemukan kepribadian seperti dirimu!" lanjutnya.Davina mengulum senyum.
"Maka dari itu seharusnya kau yakin jika aku tidak akan menyerah!" tukasnya dengan mata berbinar penuh keyakinan.***
Liberty membanting pintu dengan kencang, tak peduli jika orang-orang akan terganggu. Dia melangkahkan kakinya menuruni tangga teras seraya menyampirkan tas kecil ke bahunya.
Malam ini dia memutuskan untuk menginap di rumah Claire. Dia terlalu kesal untuk tetap tinggal di mansion ayahnya sekarang ini.
Liberty langsung menuju mobil dua pintu miliknya. Melempar tas ke dalam mobil dengan asal, sebelum akhirnya ia sendiri masuk melompati jendela mobil yang terbuka. Tepat ketika Elena keluar dan berteriak memanggilnya, Liberty tak mendengar dan memacu mobilnya keluar dari halaman mansion.
Angin malam yang dingin berhembus mengurai rambutnya. Tangannya memegang kemudi dengan erat penuh amarah. Dia marah dan kecewa pada ayahnya. Karena berniat menggantikan posisi ibunya dengan membawa Davina ke mansion itu.
Liberty mengusap air mata di pipinya dengan kasar. Saat itu ponselnya berdering. Ia pun segera meraih tasnya dan mengambil ponsel dengan satu tangan. Suara klakson dari arah samping terdengar mendekat. Liberty melirik sebuah mobil dobel kabin berisikan para pemuda tanggung yang tertawa menggodanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being Your Mama
General FictionBlurb singkat : Davina yang harus berhadapan dengan anak remaja putri, dari Gregory Smith, tunangannya. Yang menolak kehadirannya sebagai calon istri ayahnya. Juga menghindari cinta segitiga yang menjebaknya bersama atasannya, Axel William Brighton...