6. Allergy.

590 34 1
                                    

***

Davina tiba di rumah sebelum Greg, jadi dia punya waktu untuk bersiap terlebih dahulu sebelum makan malam. Saat ia sedang berpakaian, pintu kamar terbuka. Membuatnya sontak kaget dan panik menarik handuk untuk menutupi tubuhnya.

Saat melihat ternyata Greg yang masuk, detik itu juga Davina menghembuskan nafas lega.

"Ternyata kamu!" tukas Davina dengan dialek Indonesia-nya, sambil melempar handuk ke keranjang cucian.

Greg mengangkat sebelah alisnya, lalu berjalan menghampiri.
"Kenapa kau tak mengunci pintunya!" kata Greg gemas melihat Davina dengan wajah terkejutnya. Ia terkekeh sendiri saat wanita itu mendelik kesal ke arahnya.

Davina hanya mendengus seraya melanjutkan memilih baju dari lemari. Greg menggigit bibir memperhatikan wanitanya saat ini hanya mengenakan setelan pakaian dalam. Timbul niatnya untuk sebentar menggoda Davina.

Disentuhnya pinggang Davina, membuat wanita itu terperanjat kaget.

"Menjauh!" tepis Davina bergeser menjauhi Greg, namun pria itu justru mengejar dan berusaha meraihnya. Hingga akhirnya terjadi kejar-kejaran mengelilingi ruangan kamar, diiringi suara tawa mereka berdua.

Sampai Greg berhasil menangkap Davina, dan membawanya menghempaskan diri mereka ke atas tempat tidur.

"Kau menyebalkan!" omel Davina terengah dengan sisa tawanya.

Greg masih tertawa, hingga wajahnya memerah sampai ke telinganya. Ia lalu meraih perut Davina mendekat padanya, mengambil kedua tangan wanita itu dan menguncinya di atas kepalanya. Davina hanya tertawa pasrah dibawahnya.

"Apa sebaiknya kumajukan lagi tanggal pernikahan kita?" kata Greg seraya menurunkan wajahnya, mendaratkan ciuman lembut ke leher Davina. Wanita itu mendongak dengan mata terpejam.

"Liberty masih memikirkan cara untuk menyingkirkanku." ucap Davina dengan nafas tersendat karena Greg bergerak ke dadanya.

Namun kemudian pria itu berhenti, kabut gairah di matanya meredup. Berganti senyum pahit.
"Aku minta maaf jika dia terus menjahilimu." ucapnya pelan. Dilepaskannya tangan Davina, lalu berbaring memeluk tunangannya itu.

Davina menghela nafas. Untuk beberapa saat, mereka sama-sama terdiam. Hingga kemudian Davina merubah posisi, menyamping menghadapi Greg.

"Aku diterima bekerja di perusahaan Brighton. Besok aku mulai bekerja." kata Davina tanpa basa-basi, ia memperhatikan reaksi Greg.

Pria itu tak segera menanggapi. Dia malah menoleh sambil menyilangkan kedua tangannya di bawah kepala dengan santai.

"Kau senang?" tanyanya.

Davina mengangkat alis, "Tentu. Bagaimana menurutmu?" lanjutnya memancing tanggapan Greg lebih jauh.

Greg menarik nafas panjang, lalu juga merubah posisi tidurnya menjadi menyamping hingga mereka pun berhadapan. Tangannya memegang pipi Davina dengan sayang.

"Aku tidak bisa melarangmu melakukan hal yang kau suka, Davina. Meskipun rasa takutku selalu ada dalam pikiranku," ucap Greg, meraih tangan Davina lalu menciumnya dengan dalam.

"Selama kau percaya padaku, semuanya akan baik-baik saja, Greg," kata Davina, "yang kubutuhkan adalah rasa percayamu, bukan kebebasan." tambahnya. Greg mengangguk dengan senyum mengembang di bibirnya. Jawaban Davina rupanya membuat hatinya menghangat. Ia lalu bergerak bangun.

"Sebaiknya kau segera berpakaian, sebelum aku khilaf." ujarnya tersenyum.

Davina tertawa kecil, ia mengangguk sambil menerima uluran tangan Greg yang menariknya untuk bangun. Sebentar Greg menunduk, mencium keningnya dengan lembut.

Being Your MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang