08 - Tinggal 3 Hari

1K 158 137
                                    

Pukul 6.40 petang, Sandy dengan pakaian santainya---kaus putih lengan panjang dan celana jins, sudah berada di dalam mobil dengan ayahnya. Hendak pergi ke Jalan Sudirman yang berada di Jakarta Pusat.

Sandy yang membawa mobil, sebab Indra selalu menyuruh anaknya jadi supir dadakan setiap naik mobil bersama. Sandy suka-suka saja, tidak keberatan sama sekali.

"Yah." Sandy memanggil, setelah beberapa menit diam karena ayahnya sibuk menonton konten YouTube milik Nessie Judge.

"Masa katanya ada orang yang dia kerja di Indomaret, terus pas makan di KFC, mungkin karena dia udah kebiasaan, pas ada orang lain masuk, dia malah ngomong selamat datang di Indomaret," ujar si Ayah, kemudian tertawa.

Sandy tersenyum saja mendengar ayahnya membahas topik yang ia tonton di konten Nessie Judge. Padahal, tadi Sandy ingin menanyakan sesuatu, tapi sudah dipotong oleh Ayah.

Ya begitulah, Bapak Indra ini suka sekali menonton konten-konten Nessie Judge. Lebih tepatnya, pria berusia kepala 5 itu gemar menonton konten-konten para YouTuber sebagai hiburan di kala senggang atau penat.

"Kamu jangan kayak gitu kalau makan di KFC, San," kata Indra lagi setelah tertawa, kemudian melanjutkan tontonannya.

"Enggaklah, Sandy mah paling bilangnya, selamat datang di dunia tipu-tipu," balas Sandy dengan nada.

Indra tertawa singkat. "Kayak si Zayden nipu kamu gitu, ya? Penikung berkedok sahabat?" sindir papanya entah serius, entah bercanda.

Sandy menengok sekilas untuk melihat raut ayahnya. Senyum-senyum saja. Berarti bercanda, tapi kok candaannya menusuk sekali, ya?

"Tapi kamunya juga sih yang-"

"Yah, udah kenapa, sih .... Gak puas-puas apa nyindir Sandy terus? Udah dimarahin, dikatain, terus diungkit-ungkit." Dahi Sandy sudah berkerut. Ia menggerutu sebal sambil terus membawa mobil ke tempat yang dituju.

Indra pun diam, mengalah. Tidak ingin memperpanjang. Sadar dirinya sempat berlebihan. Beberapa minggu lalu, ia memarahi Sandy lumayan parah. Menganggap anaknya payah dan sangat tidak jantan. Mengatainya lambat seperti keong, siput, kura-kura, pokoknya semua hewan yang lambat. Undur-undur juga turut serta (hewan yang kalau berjalan mundur, bukan maju).

"Iya iya, maaf," kata Indra menyesal, lalu kembali fokus pada tontonannya.

Sandy menghela napas sabar. "Yah, Sandy mau nanya," ujarnya lagi.

"Hm, apa?"

"Kenapa Ayah sering ajak Sandy ke meeting-meeting? Please, kali ini harus dijawab. Jangan mengalihkan pembicaraan lagi dan jangan sok-sok ngelawak tapi ujung-ujungnya garing," tutur Sandy lancar.

Indra kontan mendelik pada anaknya. "Enak aja garing." Ia tak terima.

"Ya udah, ya udah, gak garing. Tapi jawab dulu," pinta Sandy lagi.

Sang ayah pun kembali menatap jalanan di depannya. Untuk sejenak, tak ada suara antara keduanya. Lalu, ia menghela napas pelan. "Ayah tuh maksudnya ...," lalu ia menjeda lagi karena berpikir.

Sandy lantas menoleh sekilas lantaran sudah lebih dari 5 detik, jawaban sang ayah tak kunjung tersuara.

"Pengen aja kamu liat aktivitas-aktivitas kantor. Aktivitas-aktivitas meeting," lanjut Ayah, dengan suara memelan.

"Terus? Emang kenapa?" Sandy bingung.

"Ya siapa tau aja kamu jadi minat, terus kamu mau resign dari tempat kerja kamu, terus ngelamar kerja di tempat Ayah," jawab Indra jujur apa adanya.

YOU OR NO ONE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang