52 - 2500 Kata Terakhir ***

5.7K 187 181
                                    

Cekikikan seorang gadis tanggung menguar lucu dari dalam sebuah kamar. Bukan, bukan kuntilanak. Itu Kirana Istifarin Sagita, anak dari Sandyakala Irshadi Gemintang dan ... iya, Hafsah Meysarah.

Ini hanya sekadar kabar dari masa depan.

"Terus, Yah?" Kirana masih menggebu saja, padahal sudah 1 jam ayahnya bercerita.

"Tidur dulu, udah jam berapa ini?" Sang ayah mengingatkan. Tapi, Kirana yang cantik malah mengencangkan pelukan di tubuh ayahnya. Menatap manja dengan bibir mencebik lucu. Belum mau disuruh tidur, belum mau meninggalkan kamar ayah-ibu.

"Kan, udah? Udah jadian Ayah sama Ibu," ucap Sandy, si ayah Kirana.

Kirana menggeleng-geleng. "Belum. Terus, abis itu nikahnya kapan? Terus itu, Om Zayden ... kok Ayah gak sebel sih sama dia? Kok malah sering ngobrol-ngobrol? Kiran bingung deh, beneran," ucapnya dengan dahi berkerut

Akal 15 tahun Kirana belum bisa paham, bagaimana bisa selama ini hubungan ayahnya terlihat baik-baik saja dengan si Om Zayden? Bahkan, Kirana tidak pernah menyangka jika Om Zayden pernah 'sejahat' itu pada ayahnya, melihat hubungan mereka sekarang adalah keluarga dan sangat dekat.

"Ssshht." Sandy meletakkan telunjuk pada bibir, "Jangan kenceng-kenceng, ntar Ibu denger. Itu kan mantannya Ibu, nanti Ibu marah," gurau Sandy, berbisik.

Kirana tertawa di tengah jam 11 malam. Dari tadi ayahnya sering bisik-bisik begitu, meledek ibunya secara sembunyi-sembunyi dengan membisikkan Kirana kalimat "itu mantannya Ibu, itu mantannya Ibu" terus.

"Ih, serius, Ayah!" Kirana memukul lengan ayahnya sambil tertawa.

Sandy membenarkan kepala Kirana yang merebah pada lengannya. Mereka berdua sedang di atas ranjang. Gadis itu masih melanjutkan penelusuran terkait masa lalu ayah-ibunya yang sungguh menarik, menurutnya. Ini adalah hari ke-14 Kirana bertanya-tanya.

Lama? Tentu saja. Sebab cerita ini begitu panjang. Diceritakan Hafsah dari kisah awal, ketika Hafsah menyatakan pada Sandy di sebuah restoran Jepang bahwa dirinya dilamar oleh Zayden, kemudian berlanjut hingga ... perceraian Hafsah dan Zayden yang sayangnya harus terjadi---sebab ada Kirana Istifarin Sagita dan Nadila Giandra Dwisasya yang sudah tertulis di Lauh Mahfudz akan terlahir ke dunia.

Membutuhkan waktu 14 hari hingga di titik ini karena cerita tidak selalu bersambung. Kirana harus sekolah dari pukul 6.30 pagi sampai 1 siang, ditambah les persiapan Ujian Akhir sampai pukul 4 sore, sebanyak seminggu 3 kali. Belum lagi ibunya yang kadang sibuk dengan usaha katering. Belum lagi ayahnya yang sibuk bekerja di kantor pusat Indomaret sebagai Development Manager (sudah naik pangkat lagi setelah jadi Area Supervisor selama 7 tahun, lalu Branch Inventory Control Manager selama 6 tahun).

Oleh karenanya, penelusuran Kirana jadi memakan waktu lama. Mau cari informasi dari para kakek-nenek, tidak diberi izin oleh ibunya. Lantas, Kirana menunggu waktu-waktu senggang saja untuk melepas rasa penasarannya.

Sandy berdeham. Malam ini, cerita panjang ini harus betul-betul tuntas. Kemudian, ia mau menengok istrinya di kamar sebelah---yang sepertinya sudah tertidur dengan Nadila, anak kedua mereka.

"Kenapa Ayah sama Om Zayden sekarang biasa-biasa aja?" Sandy menanyakan pertanyaan Kirana.

Putrinya mengangguk.

"Karena ... semuanya udah berlalu. Buat apa Ayah marah atau benci sama Om Zayden terus? Dulu aja Ayah marahnya cuma sebentar. Setelah itu, Ayah nerima aja. Ayah mikir, oh ya udah, berarti Hafsah jodoh Zayden. Ayah gak pernah marah lagi sama Om Zayden sejak saat itu meski Om Zayden-nya, ya kamu taulah. Malahan, Ayah sedih waktu Om Zayden pisah sama Ibu."

Kirana merengek pelan, matanya sendu menatap Ayah. Heran dan tak sanggup dengan topik 'Ayah sedih ketika Ibu berpisah dari Om Zayden'.

Sandy tersenyum. Putrinya menggemaskan ketika merengek sedih. "Iya, serius. Ayah kasian sama Ibu waktu itu, tapi mau gimana? Mereka ternyata gak cocok."

YOU OR NO ONE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang