31 - Habis Itu, Apa?

827 135 180
                                    

4 hari kemudian....

Senja datang di hari yang penuh hujan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja datang di hari yang penuh hujan. Mendung nan gelap. Awan-awan mengabu tak cerah. Air-air deras membasahi segala di bawahnya. Cahaya senja tertutup lebat hujan. Kuning, oranye, dan ungunya terhalang awan tebal.

"Buna, nama Tsantdi altina apa?"

"Sandy atau Sandya itu artinya senja. Kala, artinya waktu. Jadi, kalau digabung, Sandyakala artinya waktu senja. Dulu, Buna melahirkan Sandy waktu senja, sebelum maghrib."

"Oooh. Kalo Iltshatdi Gemintang?"

"Irshadi itu diambil dari namanya Buna, Irshadina. Giani Irshadina. Kalau Gemintang, dari nama Ayah, Indra Oktafaro Gemintang."

"Oooh."

Percakapan dengan sang bunda ketika dirinya masih berusia 6 tahun, teringat begitu saja. Senyum Sandy jadi mengembang samar, teringat akan si anak nakal yang luar biasa cadel sampai SD. Iya, itu dirinya.

Sandy tersadar seketika. Keadaan saat ini sangat cocok untuknya. Filosofi senja ditutupi hujan. Sama sepertinya, sang Sandyakala yang diguyuri lara demi lara.

"Pengen pulaaang," rengek seorang gadis di sebelah Sandy, membuat lamunannya jadi berhenti.

"Sabar, sih. Kalau udah gak tahan mah pulang aja sono menembus hujan," ujar Sandy seenaknya.

Gadis itu---Gisel, semakin merengut kesal. "Duh, kalau gak punya solusi, lebih baik diam, ya. De i a em," balasnya.

Sudah mau jam 6, Sandy dan Gisel ada di ruang khusus karyawan. Keduanya habis makan bakso karena cuaca dingin yang disebabkan hujan. Seharusnya, mereka ini sudah pulang setelah menjalani shift pagi mereka. Tapi, masih belum bisa, pdahal sudah siap dengan baju-baju hangat. Ya begitulah, terperangkap hujan yang sungguh besar dan awet dari siang. Semoga tidak banjir bandang.

"Lo mau solusi? Beli mobil, Sel," ucap Sandy lagi.

Sumpah, Gisel kesal sekali dengan pria yang lebih tua 4 tahun darinya ini. "Eh, ngaca dong! Lo juga pengendara motor, ya!" Gisel meradang.

Melihat wajah gadis di sebelahnya sudah sangat berapi-api, Sandy jadi tertawa geli. Selalu asyik menggoda Gisel yang berujung marah-marah begini.

Kalau boleh jujur, selera wanita Sandy untuk berteman memang yang seperti Gisel begini. Agak berisik, heboh, dan cepat marah akan ledekan-ledekannya. Iya, yang seperti Iza juga tentu saja.

Tapi, kalau selera wanita untuk dijadikan pendamping ... ya seperti Hafsah. Lemah lembut, penurut, imut-imut, manja, dan sabar.

YOU OR NO ONE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang