40 - Abstrak

755 145 168
                                    

Sesuai perintah Zayden sebelumnya, setelah acara selesai dan semua orang sudah bubar dari kediaman, ia mau mengajak istrinya ke luar sebentar.

Pukul 11 malam tertunjuk di semua jam dinding rumah. Iza, Fina, juga ibunda Zayden sedang bercengkrama di ruang tamu---membicarakan malam ini, yang kata Iza sangat seru. Iza heboh sekali menceritakan kelakuan-kelakuan para teman undangan. Menyemburkan lawakan dan tawa yang menulari Mama Fina juga ibu Zayden.

Herian, ada di kamar mandi. Sedang mandi air hangat sambil memikirkan pencopotan dekorasi di esok hari.

Kalau pasangan suami-istri tercinta kita, hehe, ada di kamar Hafsah. Zayden tengah menunggu istrinya selesai berganti baju untuk pergi ke rumah makan Padang di depan jalan, untuk menemani Zayden menemui seseorang.

Selesai ganti baju, Hafsah dan Zayden keluar dari kamar. Meminta izin pada para orangtua untuk ke luar sebentar.

"Bawa jas hujan, Zay. Takutnya nanti hujan pas pulang ke sini," pesan ibunya Zayden.

"Iya, Bu. Ada di bagasi motor," balas Zayden tersenyum. Lalu, menggandeng tangan Hafsah untuk keluar dari rumah itu.

Rumah makan Padang yang hendak dituju sangat dekat posisinya. Tidak akan sampai 2 menit untuk tiba. Maka, dengan sepeda motor, Zayden memboncengi istrinya pergi ke sana.

....

Sampai di rumah makan Padang yang anehnya makin malam, makin ramai itu, Hafsah turun lebih dulu. Disusul suaminya setelah memarkirkan motor di pelataran dengan betul.

Mereka berjalan masuk. Zayden memilih meja dengan 4 kursi sebelum mengajak istrinya duduk.

"Mau pesen apa?" tanya Zayden kemudian.

Hafsah sedang memindai ruangan, lalu menatap suaminya yang duduk tepat di sebelah. "Gak usah makanan, Mas. Kenyang. Susu anget ada gak ya kira-kira?" tanyanya.

"Ada pasti. Di sini kan ada menu kopi susu. Bentar, aku pesenin." Zayden berdiri, lalu pergi ke tempat pengunjung biasa memesan.

Setelah memesan susu hangat, Zayden membuka ponselnya sejenak. Ia mengirim sebuah pesan. Kemudian, kembali ke kursi-meja bersama istrinya.

Kembali duduk, Zayden pun menatap Hafsah yang tak melakukan apa-apa. Rambut cokelat sedadanya terurai rupawan. Manik Hafsah berjalan-jalan menyusuri isi ruangan, melihat-lihat dengan sorot polosnya.

Zayden mendalami hatinya, yang selalu mencari jawaban. Jawaban atas pertanyaannya. Pertanyaan tentang takhta Hafsah pada perasaannya. Dan malam ini, mungkin akan jadi puncak pencariannya.

Sedang ditatapi dan dilamuni, Hafsah tiba-tiba menoleh. "Mas."

"Hm, ya?" Zayden menyiap, setelah sebelumnya melamun sejenak.

"Yang mau dateng temennya Mas Zayden?" tanya perempuan cantik itu.

"Iya."

Hafsah diam lagi, lalu menatap seorang ibu yang datang menyuguhkan dua gelas susu hangat di atas meja. Hafsah tersenyum sopan padanya.

....

5 menit kemudian, seseorang pun datang, dengan jaket denim cokelat dan kaus putih sebagai dalaman.

"San!" Zayden menyeru sedikit. Memanggil oknum itu supaya datang menghampiri.

Sandy, orang yang diseru menatap arah seruan. Mendapati Zayden yang memang ada janji dengannya, dan ... Hafsah?

Melihat siapa yang datang, kelopak Hafsah refleks melebar. Jantungnya bereaksi kontan, berdebar tak beraturan. Kemudian, menundukkan pandangan, menatap susunya di atas meja. Ada suaminya di sebelah, berani sekali berdebar untuk lelaki yang tak halal. Sandy, sama juga. Berdebar seketika melihat presensi Hafsah. Namun, apa-apaan? Ada suaminya di sana. Lancang benar berdebar pada istri orang.

YOU OR NO ONE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang