07 - Miskomunikasi Hati

1.1K 180 118
                                    

3 minggu kemudian...

Kontak batin dan telepati. Mungkin hampir semua orang sudah memahami dua istilah ini. Dan barangkali, dua hal inilah yang tengah dirasakan Hafsah dan Sandy. Hubungan hati yang sudah diputus takdir.

Setelah lamaran Zayden, Sandy sedih setiap hari. Lantas tiba-tiba, Hafsah pun jadi ikut sedih dan bimbang setiap hari. Sandy ingat-ingat Hafsah hampir setiap saat, lantas Hafsah pun kerap terpikir-pikir akan Sandy di setiap jam.

Jangan salahkan Hafsah. Ia tidak pernah tahu perasaan Sandy. Kalau ia tahu, tak mungkin Hafsah menerima lamaran Zayden. Sandy pun demikian. Kalau Sandy tahu perasaan Hafsah yang sebenarnya, pasti Sandy akan lebih cepat tuk 'mengungkapkan'.

Kalau Hafsah tahu perasaan Sandy dan Sandy tahu perasaan Hafsah, pasti Hafsah dan Sandy-lah yang akan bersanding di pelaminan nantinya. Namun ... semua ini meleset karena satu hal.

Miskomunikasi hati.

Beberapa hari lagi, Hafsah akan melepas masa lajangnya. Dipinang oleh pria gagah rupawan bernama Zayden Arbiansyah. Tak ada lagi yang bisa dicegah. Kata-kata tak lagi berguna. Asa cinta Hafsah dan Sandy lebur sudah. Tinggal angan semata-mata.

Hafsah berjalan sendirian, dari J&T langganan menuju parkiran di mana motor Scoopy-nya terparkir permai. Tak menitip pada Sandy lagi tuk mengirim paket-paket jualannya sebab semakin hari, Hafsah semakin merasa Sandy berubah. Entah masalah apa yang sedang Sandy emban, tapi Hafsah jadi sungkan.

Gedung Indomaret Point yang bersebelahan dengan gedung J&T, Hafsah tatap beberapa saat. Cintanya ada di sana, sedang bekerja. Lama-lama, netra Hafsah memanas di detik ke-8. Ia rindu seorang Sandyakala. Tidak sebagai pujaan hati, hanya sebagai sahabat yang sudah kian berbeda.

Sandy masih mau tersenyum dan bicara pada Hafsah. Namun, semuanya terlihat dan terasa hambar. Seolah Sandy sedang membohongi Hafsah setiap kali bercakap. Seakan selalu memalsukan keadaan setiap kali berjumpa.

"Sandy, lo ada masalah apa? Lo sering kelihatan capek. Sehat-sehat aja, kan? Jangan diforsir, San ... banyak istirahat, ya. Minum vitamin, makan yang banyak."

"Gak ada apa-apa, Haf. Gue sehat, kok. Cuma lagi banyak kerjaan aja. Ada beberapa anak muda yang baru lulus SMA masuk kerja, mereka masih sering salah. Gue jadi agak sibuk buat ngajarin mereka. Terus Ayah sempet marah-marahin gue karena sesuatu. Jadinya gue agak banyak pikiran, takut nanti bos marah kalau misal cabang gue gak bagus kinerjanya. Sama takut Ayah marah lagi kalau gue buat kesalahan lagi."

Itu alasan Sandy, ketika Hafsah meneleponnya minggu lalu akibat gelisah hebat yang menggebu. Mereka bercakap tak lebih dari 30 menit---biasanya, bercakap 3 jam di telepon pun mereka sanggup.

Hafsah menyeka air mata yang jatuh di pipi kanan. Takut dilihat orang. Lalu, ia kembali berjalan, menuju si Scoopy dan menaikinya untuk pulang. Tidak jauh jaraknya, hanya setengah kilometer saja.

Beberapa menit kemudian, Hafsah sampai di rumah. Di terasnya, sudah ada Zayden dengan baju polisi yang dilapisi jaket denim hitam. Tersenyum begitu hangat, ketika gadis pujaannya sampai dengan motor Scoopy pink yang menggemaskan.

Entah sejak kapan Zayden ada di sana. Hafsah tidak diberi kabar dahulu kalau si calon suami mau mengunjungi rumah. Sebelum turun dari motor, Hafsah mengecek jam pada ponsel untuk melihat, memangnya sudah jam berapa, sih? Kok Zayden sudah muncul saja di rumahnya?

YOU OR NO ONE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang