48 - Syukuran

1.3K 140 169
                                    


Seminggu kemudian....

Pukul 8 malam. Rintik hujan terdengar di atas atap. Embusan dingin masuk melalui ventilasi kamar. Tembok luar basah, kaca jendela melembap. Daun-daun dan bunga-bunga tanaman milik Fina di halaman muka, basah. Genangan air di mana-mana. Baru saja hujan menyerbu hebat. Secara dramatis, turun mengguyur hingga 3 jam. Semoga Kramat Jati tidak banjir akhirnya.

Hafsah Meysarah, wanita itu tengah duduk di atas ranjang. Bersandar di dinding tempat ranjangnya menempel. Menekuk dua kaki, lalu melingkarkan kedua tangan di depan tulang kering kakinya yang ramping.

Kadang-kadang, memori Hafsah kerap memutar tentang Zayden, juga sedikit taburan Halika. Sakit hati demi sakit hati yang mereka berikan.

Namun kalau boleh jujur, Hafsah percaya Zayden tak sejahat kelihatan dan kedengarannya. Mungkin karena Zayden terluka, perangainya jadi salah. Dilukai apa? Dilukai kehidupan yang tak memihak. Kalau Halika ... mungkin wanita hampir 33 tahun itu iri kepada adik lelakinya sebab keduluan menikah. Entahlah.

Tetap saja. Melampiaskan kesakitan hati kepada orang-orang yang tak bersalah merupakan perbuatan tercela.

Mas Zayden
Ini bulan ke4...
Kmu benar2 keras kepala ya hafsah.
Gapapalah. Mungkin memang begini
akhirnya. Aku minta maaf atas semua kesalahanku dan keluargaku...
Aku gatau harus bilang apa lg sm kmu.
Dgn begini, talak sdh jatuh krn kmu
gak kembali ke aku smp 4 bulan sprti
yg aku katakan wktu itu... "kalau kmu gak
pulang smp 4 bulan, aku akn cerain kmu"
Aku akan urus surat2 perceraian kita di
pengadilan. Kmu hnya perlu tanda tangan
dan gak perlu mendatangi sidang
Besok aku ke rumah kmu. Ngomong ke
keluarga kmu.

Hafsah kembali membaca pesan itu. Pesan chat yang mantan suaminya kirimkan 3 bulan lalu. Belum dihapus.

Terkadang, terbersit setitik rasa benci di hati baik Hafsah. Benci pada Zayden? Bukan. Benci pada dirinya sendiri. Acapkali menilai dirinya bukan sosok wanita baik. Begitu cepat menyerah pada pernikahan yang bahkan belum membuahkan buah hati.

Namun, ketika menatap cermin, melihat pantulan diri, Hafsah sering merasa kehilangan jati diri, kehilangan ranum rasa berseri-seri. Maka ... "Kamu juga berhak memilih dan menentukan, mau menetap atau melepas. Jangan terlalu pikirkan kata orang lain. Orang lain tidak tahu perasaan bagaimana dan hal apa yang kamu alami." Bisikan-bisikan seperti ini kerap datang di telinga Hafsah, membikinnya yakin untuk mengambil keputusan. Membuat hati rapuh tak tahan bantingnya menegar dan menguat.

YOU OR NO ONE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang