23 - Suara di Telepon

821 143 138
                                    

2 hari kemudian...

Setelah kejadian yang membuat semua orang jadi geregatan, kehidupan pun kembali berjalan seperti biasa. Namun, semuanya sungguh kian parah, membuat penderitanya---Sandy dan Hafsah, terdorong ke ambang kegilaan.

Sandy baru saja sampai di rumah, setelah miting STM bulanan yang dihadiri puluhan kepala toko di kantor pusat. Melempar tas selempang ke atas sofa, lalu membanting tubuhnya ke sofa yang sama.

Pegal dan penat. Sandy menyandarkan punggung, memejamkan mata, lalu memegang kepala. Aktivitas rutin yang ringan, namun lelahnya melebihi merapikan gudang barang seharian. Sebenarnya, itu karena faktor pikiran.

Belakangan bulan ini, Sandy sangat sering dilanda kepala berat berdenyut dan pegal area tengkuk hingga pinggang. Lengan sampai ujung jari pun tak luput dari serangan kaku dan pegal. Lagi-lagi, sebenarnya ini karena faktor pikiran.

Pikiran yang tidak tenang memicu ketegangan dalam otak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pikiran yang tidak tenang memicu ketegangan dalam otak. Berjalan dan memengaruhi hingga ke sel-sel badan---dari yang terkecil sampai yang terbesar. Tubuh pun turut terkena dampak. Tegang otot, sakit kepala, pegal badan, lesu, tak bertenaga, bahkan sakit di daerah-daerah tertentu jika sudah parah.

Hasilnya, psikosomatis tak dapat terelakkan. Apa itu? Psikosomatis adalah sakit fisik (bisa ringan, bisa berat) yang berasal dari pikiran tidak sehat, menjelma jadi penyakit fisik yang nyata. Jika dibiarkan, akan menjadi sakit fisik permanen dengan berbagai macam komplikasi dan keluhan.

Semoga Sandy dan Hafsah selalu sehat. Tidak perlu mengalami psikosomatis yang berlebihan.

Hari Sabtu pukul 8 malam lewat. Sandy hanya sendirian di rumah. Buna dan Ayah sedang ke luar, menikmati malam Minggu mereka yang selalu rutin diselenggarakan minimal sekali sebulan. Sejak kecil, Sandy sudah terbiasa dengan kebiasaan orangtuanya yang satu ini---malam Minggu pergi ke luar, berdua saja, tanpa Sandy yang mengekori mereka.

Sudah 10 menit Sandy menutup mata, hampir tertidur di atas sofa. Namun, mata terpaksa kembali terbuka, kala mengingat perilakunya terhadap Hafsah di kedai Kang Dayat.

"Apa sikap gue berlebihan ke Hafsah? Apa dengan sikap gue yang jaga jarak begini malah bikin Hafsah kepikiran?" Sandy bertanya, dari hatinya kepada Semesta.

Tak ada jawaban. Tak ada pencerahan. Yang ada, Sandy makin cemas dan berpikir ke mana-mana. Mata mengantuknya jadi terjaga akibat kebisingan kepala.

"Hafsah itu deket banget sama gue. Kalau gue jadi Hafsah, kira-kira gue akan ngerasa apa, ya ...." Ia menatap langit-langit ruang tengah, mulai memposisikan jika dirinya adalah Hafsah---yang tiba-tiba tidak ditegur oleh saudara sekaligus sahabat tanpa alasan yang jelas.

Jantung pun tiba-tiba berdegup lebih cepat, menyadari sensasi yang ditimbulkan tidaklah enak. Berarti, sensasi yang Hafsah dapatkan juga tidak enak?

"Bentar-bentar, posisinya ganti dulu. Hafsah kan gak suka sama gue, terus gue suka sama dia. Berarti persamaannya kayak siapa, ya ... oh, gue sama Iza." Sandy berbicara lagi pada Semesta, dari hatinya.

YOU OR NO ONE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang