14. Indurasmi🌙

49 13 0
                                    

Hari-hari berlalu seperti biasa di Kembang Arum. Namun, hari ini terasa berbeda.

Istana Kadhaton Kembang Arum mendadak gempar. Putri Mahkota Sasikirana menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan.

"Segera panggilkan Nyai Gondang!" Prabu Recasentanu memerintahkan beberapa prajurit untuk memanggil dukun beranak andalan keluarga istana.

"Sendika, Kanjeng Prabu."

Ratu Rukmini dan beberapa dayang menemani putri mahkota di kamarnya. Putra Mahkota Taranggana justru tampak tegang, seperti pertama kali melihat istrinya akan melahirkan. Padahal ini kehamilan ketiga Sasikirana.

"Mengapa kau terlihat tegang, Putraku? Bukannya kau sudah pernah berada dalam fase ini sebelumnya? Mengapa masih belum terbiasa?" tanya Prabu Recasentanu disertai gurauan. Taranggana tidak menjawab. Justru berjalan mondar-mandir sambil meremas tangan.

"Jangan terlalu tegang, Putraku. Sasikirana dan anak kalian pasti akan baik-baik saja."

"Ibu akan melahirkan?" Respati baru saja menyelesaikan pembelajaran bersama Guru Kumbara, langsung berlari menuju puri orang tuanya setelah mendengar kabar ibunya akan melahirkan.

"Benar, Respati. Beberapa prajurit sedang memanggil Nyai Gondang untuk membantu persalinan ibu dan adikmu," jelas Prabu Recasentanu, tersenyum hangat sambil menyentuh bahu cucunya.

"Aku harus mengirim surat untuk Diajeng Wulandari!"

"Kabarilah adik-adikmu, Cucuku. Wulandari dan Prabaswara harus mengetahui kabar baik ini. Ohh... bisa tolong tuliskan juga surat untuk pamanmu, Prabu Bratadikara? Pamanmu juga harus tahu kabar kelahiran keponakannya."

"Baik, Eyang."

Respati berlari kembali ke kamarnya untuk menulis surat. Ia sendiri yang berjanji akan mengirim surat pada Wulandari ketika adik mereka lahir. Kalau perlu ia akan menjemput adik dan iparnya kembali ke Kembang Arum.

***

Surat untuk Wulandari langsung tiba hari itu juga.

"Ada surat dari Kembang Arum untuk Kanjeng Putri Wulandari." Kurir yang biasanya kembali bertugas memberikan sepucuk surat.

"Terima kasih, Paman."

"Ibu akan melahirkan?" Begitulah respon pertama Wulandari saat membaca surat dari kakaknya.

"Kita harus segera ke Kembang Arum, Kanda!" Wulandari berkata semangat. Dia tak sabar ingin bertemu adiknya.

"Haha... tentu saja kita akan ke sana. Kau bisa siapkan apa yang diperlukan selama kita menginap. Aku akan meminta izin pada Ayah dan Eyang," balas Prabaswara.

"Baiklah. Gati, bisakah kau membantuku menyiapkan perbekalan?"

"Tentu saja, Kanjeng Putri."

"Gati, kau ingin ikut ke Kembang Arum bersamaku?"

"Tidak perlu, Kanjeng Putri. Saya di sini saja," tolak Gati sopan.

"Baiklah. Jaga dirimu selama kutinggal ke Kembang Arum."

"Baik, Kanjeng Putri."

***

Prabaswara menemui Prabu Gandarwidura di pendopo istana utama. Kebetulan juga ada ayahnya. Momennya tepat sekali.

"Eyang, bolehkah Prabaswara dan Adinda Wulandari pergi ke Kembang Arum selama beberapa hari? Kami baru saja mendapat surat dari Kangmas Respati bahwa Ibu Sasikirana akan melahirkan."

"Ohh... sudah waktunya Putri Mahkota Sasikirana melahirkan?" Begitulah respons dari Lirsasongko.

"Pergilah jika kalian ingin pergi," lanjut Lirsasongko.

Prabaswara [Complete√] ~ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang