3. Lamaran🌙

72 13 0
                                    

Sekembalinya dari Kembang Arum, Prabu Gandarwidura mulai mempersiapkan rencana lamaran. Kunjungannya kemarin belum resmi melamar. Hanya ingin melihat perkembangan calon menantunya sekaligus membiarkan kedua calon pengantin bertemu.

"Siapkan hadiah-hadiah terbaik! Perhiasan, permata, kain sutera, apa pun itu! Minggu depan kita datang kembali ke Kembang Arum untuk melamar!"

"Sendika, Kanjeng Prabu."

"Kira-kira kapan pernikahan akan dilakukan, Kanjeng Prabu?"

"Siapa yang akan menikah, Eyang?" Larasati yang memang diminta bertemu eyangnya sangat penasaran mendengar kata pernikahan.

"Cucuku, Larasati... kemarilah." Prabu Gandarwidura merentangkan tangannya. "Bantu Eyangmu memilih perhiasan yang cantik."

"Tapi ini semua untuk siapa?"

"Untuk calon besan."

"Siapa yang akan menikah, Eyang?" tanya Larasati, mengulang pertanyaan yang sama.

"Adikmu, Prabaswara."

Larasati membulatkan mata tidak percaya. Ini berita baik atau buruk?

"Pernikahan akan dilakukan sekitar dua minggu lagi. Eyang sengaja menjodohkannya dengan putri dari Kembang Arum sebagai penebus utang kadhaton mereka pada kita. Untuk sekelas Prabaswara, pantaslah jika dinikahkan dengan gadis yang harus melunasi utang keluarganya lewat pernikahan politik."

"Kenapa tidak ada yang memberitahuku, Eyang?"

"Justru kaulah yang tau pertama kali dibanding Pramudhana ataupun calon pengantinnya sendiri, Cah Ayu."

"Ini sangat tidak adil! Aku tidak sudi dilangkahi Prabaswara!" protes Larasati.

"Hei, tenanglah, Cah Ayu. Tak perlu risau. Kau pasti mudah mendapatkan jodoh dalam waktu dekat. Cucuku ini kan sangat cantik. Tidak ada pangeran yang akan menolakmu."

"Secantik apa gadis itu, Eyang?"

"Kuakui calon adik iparmu memanglah cantik, tetapi keluarganya memiliki banyak utang pada kita."

Larasati tampak tidak suka eyangnya memuji kecantikan calon adik iparnya.

"Tetapi tetap lebih cantik kau, Cah Ayu."

Prabu Gandarwidura menghela napas. Meminta Larasati membantu memilih hadiah untuk lamaran ternyata salah besar. Larasati benar-benar merajuk karena akan dilangkahi Prabaswara.

Lihat saja, adik ipar! Saat kau datang nanti, aku akan memberimu pelajaran! Larasati menggeram dalam hati.

***

Kepulangan rombongan Tirta Wungu membuat penghuni Kadhaton Kembang Arum mulai sibuk mempersiapkan acara lamaran. Sayangnya, rencana itu masih dirahasiakan dari sang subjek utama.

"Usahakan yang terbaik dalam menyambut rombongan Tirta Wungu. Terlebih mereka akan meminang putri kita seminggu lagi." Prabu Recasentanu mengakhiri pertemuan singkat yang dihadiri ratu, putra-putri mahkota, penasihat istana, dan para abdi kepercayaan. Penghuni istana harus mengetahui kabar ini untuk memberikan sambutan terbaik pada calon besan.

"Apa kau yakin dengan perjodohan ini?" tanya Ratu Rukmini pelan, terlihat cemas.

"Inilah yang terbaik untuk kadhaton kita, Dinda." Prabu Recasentanu menghela napas, tampak kurang yakin dengan keputusannya.

"Terbaik untuk kadhaton, tapi belum tentu terbaik untuk cucu kita. Terlebih ia bunga kesayangan negeri ini, harta paling berharga kadhaton kita."

"Ayah, maaf menyela."

Prabaswara [Complete√] ~ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang