22. Putri Pelunas Utang🌙

40 7 0
                                    

Rombongan mempelai pria disambut dengan meriah setibanya di Wanajati. Mereka hanya punya waktu sebentar untuk beristirahat dan merias diri, karena nanti malam prosesi pernikahan dilangsungkan.

Setelah prosesi pernikahan, rombongan Kembang Arum akan menginap semalam di Wanajati kemudian memboyong Adaninggar ke Kembang Arum. Mereka telah merencanakan adanya pesta ngunduh mantu meskipun sederhana, karena ekonomi Kembang Arum belum mapan untuk mengadakan pesta besar-besaran meskipun utang mereka telah lunas. Untunglah keluarga Adaninggar tidak keberatan.

Istana Wanajati telah dihias secantik mungkin. Tirai mewah dan berbagai rangkaian bunga menghiasi balairung, tempat pernikahan dilangsungkan.

Kedua mempelai akan mengenakan busana pengantin berwarna merah marun dengan bordiran emas. Mereka menyepakatinya sendiri beberapa saat setelah pengumuman sayembara. Busana yang akan digunakan keluarga pengantin juga tidak jauh dari warna merah. Maka dari itu, Wulandari memilih warna merah muda yang ia sukai.

Bulan sabit telah menggantung di angkasa, ditemani kelap-kelip bintang kejora. Sekarang tiba saatnya pernikahan dilangsungkan.

Wulandari tak henti berdecak kagum melihat sepasang mempelai. Kakaknya terlihat sangat tampan dan berwibawa. Sementara Adaninggar bak bidadari turun dari kahyangan. Mereka memang sangat serasi!

"Kangmas Respati terlihat sangat bahagia. Senyumnya cerah sekali."

"Dinda bahagia dengan pernikahan mereka?" Prabaswara menanyakan sesuatu yang seharusnya tidak perlu ditanyakan.

"Sangat bahagia!"

"Selain berbahagia atas pernikahan mereka, aku juga bahagia karena kemarin kau mau jujur atas perasaanmu padaku. Kupikir cintaku tidak akan terbalas."

"Tidak ada alasan untuk tidak mencintaimu, Kanda."

Prabaswara melengkungkan senyumnya dan merangkul Wulandari. Kekesalan dan kecurigaannya pada Arkananta telah terhapuskan.

***

Tirta Wungu tidak pernah absen pada perayaan yang diselenggarakan kadhaton lain. Di hari pernikahan Respati dan Adaninggar, hadirlah Prabu Gandarwidura bersama permaisurinya.

"Pesta yang megah. Tak kusangka putri dari Wanajati mau dinikahi pangeran dari kadhaton kecil yang sempat terlilit utang cukup besar."

"Wah, iya. Bukankah Kembang Arum berutang pada kadhaton Anda, Kanjeng Prabu Gandarwidura? Bagaimana kabar utang mereka?"

"Benar. Mereka berutang pada kami setelah kadhaton mereka ditimpa bencana. Sekarang utang mereka sudah lunas. Maka dari itu tak kusangka mereka mau mengadakan pesta semegah ini."

"Tapi pesta ini diadakan oleh Wanajati, Kanjeng. Jadi sepertinya Kembang Arum tidak berkontribusi apa-apa," ralat salah satu bangsawan.

"Kudengar besanku akan mengadakan ngunduh mantu. Kita lihat saja semewah apa pestanya." Prabu Gandarwidura tersenyum angkuh.

"Bagaimana cara Kembang Arum membayar utang pada Anda, Kanjeng?"

"Setiap tahunnya mereka selalu membayar. Tahun ini sebenarnya tersisa 150 uang emas."

"Wah... itu sangat banyak, Kanjeng! Namun bagaimana caranya tiba-tiba lunas?"

"Karena mereka menyerahkan putri kesayangan mereka untuk dinikahi cucuku sebagai pengganti 150 uang emas. Sepertinya mereka sudah lelah mencari uang sebanyak itu, maka dengan senang hati menyerahkan Wulandari sebagai penggantinya."

"Astaga, tak kusangka Prabu Recasentanu setega itu menukar 150 uang emas dengan cucunya."

Tanpa disadari, Prabaswara dan Wulandari mendengar pembicaraan Prabu Gandarwidura dengan beberapa bangsawan. Senyum di bibir Wulandari seketika memudar.

Prabaswara [Complete√] ~ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang