"Aku sudah mendengar kabar dari pelayan ataupun penjaga Puri Klawu bahwa kemarin kau mendekati Prabaswara dan mengajaknya bermain. Tak kusangka, tindakanmu berani sekali."
"Ampun, Kanjeng Prabu. Saya tidak tega melihat Kanjeng Pangeran Prabaswara menangis. Maafkan tindakan lancang saya."
"Hatimu baik sekali mau mengajak bermain anak itu. Kakak-kakaknya saja tidak mau."
Kenangkali menunduk ketakutan. Ia hanya remaja 13 tahun yang tentu gentar melihat sang prabu. Tak disangka sang prabu mengetahuinya mengajak bermain Prabaswara. Dan kini ia dipanggil menghadap. Pasti setelah ini ia akan diberi hukuman karena lancang mengajak bermain seorang pangeran.
"Aku justru berterima kasih padamu yang berhasil menenangkannya karena jujur lama-lama aku jengah mendengar tangisannya. Sebagai balasannya, mulai hari ini, kau akan menjadi pelayan Prabaswara. Untuk sementara ini, tugasmu hanya mengajaknya bermain agar ia tidak menangis. Kau akan dibantu oleh para dayang Puri Klawu lainnya."
"Sendika, Kanjeng Prabu."
Setelah mendapat tugas itu, Kenangkali langsung menuju Puri Klawu.
"Kangmas akan bermain bersamaku lagi seperti kemarin?" tanya Prabaswara antusias melihat kedatangan Kenangkali. Mata bulatnya berbinar cerah. Senyumnya terlihat menggemaskan dengan sepasang lesung pipi yang menawan.
"Iya, Kanjeng. Dan mohon jangan panggil saya kangmas."
"Mengapa? Tapi kan kau lebih tua dariku?" Prabaswara yang berumur enam tahun masih belum mengerti perbedaan status.
"Karena saya hanyalah pelayan."
"Lalu aku harus memanggil apa?"
"Panggil saja Kenangkali, Kanjeng."
"Boleh aku memanggil Kenang saja?"
"Tentu saja, Kanjeng Pangeran." Kenangkali tersenyum hangat. Pangeran kecil ini sangat menggemaskan.
Namun ia bingung mengapa kedua kakak Prabaswara tidak mau bermain bersama?
***
Prabaswara akhirnya menyetujui Pramudhana yang ingin menjadikannya pelayan. Keberadaannya semakin tidak dianggap setelah terungkapnya fakta bahwa Kenangkali merupakan putra sulung Lirsasongko. Mereka sengaja mendesaknya pulang untuk memainkan drama licik ini.
Dan di sinilah ia sekarang. Berlutut di tengah ruang pertemuan dikelilingi semua anggota keluarganya. Sekarang ia sedang menunggu saat mahkota dicabut dari kepalanya. Ia telah memutuskan sendiri tanpa paksaan, tapi dengan syarat Wulandari tidak turut dijadikan pelayan.
"Pramudhana, kau bisa mengambil mahkotanya."
"Dengan senang hati, Eyang." Pramudhana menyeringai senang, melangkah tidak sabaran menuju adiknya.
"Ucapkan selamat tinggal pada mahkotamu, Adik kecilku yang menyedihkan," bisik Pramudhana. Jemarinya telah menggenggam mahkota di kepala Prabaswara. Hanya dalam satu hitungan, ia mengangkat mahkota itu tinggi-tinggi, kemudian membantingnya.
Wulandari berseru tertahan melihat mahkota Prabaswara dibanting. Mahkota Prabaswara pecah menjadi dua dengan salah satu bagiannya jatuh tepat di kakinya.
Kenangkali mengepalkan tangan, amat marah dengan keluarganya. Mengapa jati dirinya harus terbongkar jika harus mengorbankan kebahagiaan Prabaswara?
"Mulai hari ini, kau adalah pelayan Pramudhana, Prabaswara. Selama menjadi pelayan, kau tidak boleh menggunakan pakaian mewah ataupun perhiasan apa pun."
![](https://img.wattpad.com/cover/215031959-288-k700461.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Prabaswara [Complete√] ~ TERBIT
RomancePrabaswara adalah pangeran Kadhaton Tirta Wungu yang kehadirannya antara ada dan tiada. Prabaswara kerap mendapat perlakuan buruk dari keluarganya. Ia sangat takut tak ada putri yang mencintainya karena status dan kondisinya. Wulandari adalah putri...