Keluarga Taranggana dan Sasikirana mulai tiba di Kembang Arum. Mereka sangat antusias menyambut hari pernikahan Respati dengan putri impiannya, Adaninggar. Situasinya sangat berbeda dibanding saat pernikahan Wulandari dan Prabaswara, karena kali ini bukan pernikahan politik.
"Apa kabarmu, Diajeng?" Sebuah suara khas remaja lelaki yang mulai berat menyapa indra pendengaran Wulandari.
"Kangmas Arkananta?" Wulandari berbalik, mendapati seorang remaja lelaki telah berdiri di hadapannya, menyunggingkan senyum hangat.
"Kangmas mendapat jatah libur dari padepokan?"
"Yaa... begitulah. Ayah sendiri yang datang menjemput ke padepokan. Aku sudah absen pada hari pernikahanmu, Diajeng. Kali ini aku tidak ingin melewatkan pernikahan sepupuku."
"Yang terpenting Kangmas tidak absen pada pernikahan Mbakyu Ratriastiti kelak. Atau nanti ia akan uring-uringan."
"Haha... kau benar, Diajeng. Tapi masalahnya, hingga saat ini belum ada tanda-tanda Mbakyu akan menikah. Bisa jadi nanti saat Mbakyu menemukan jodohnya, pendidikanku di padepokan telah usai. Jadi Ayah tidak perlu datang menjemputku lagi. Hahaha."
Wulandari turut tertawa. Ia cukup rindu dengan sepupunya yang satu ini. Kehadiran Arkananta semakin menyemarakkan persiapan pernikahan Respati.
"Bagaimana kehidupan di Tirta Wungu, Diajeng?"
"Ya begitulah, Kangmas. Mertuaku cukup keras. Mereka tidak segan menghukumku jika aku melakukan kesalahan. Kakak iparku juga kurang bersahabat." Wulandari tersenyum masam. "Untungnya aku mendapatkan suami yang sangat baik."
"Meskipun pernikahan kalian sangat mendadak, aku yakin suamimu sangat baik, Diajeng. Paman Taranggana tidak mungkin sembarang memilih jodoh untuk putrinya."
Wulandari mengangguk-angguk. Ya, dia beruntung memiliki suami sebaik Prabaswara. Meskipun keluarga Prabaswara tidak sebaik yang ia kira, lelaki itu selalu memiliki cara untuk membuatnya nyaman di tengah ketidakharmonisan keluarganya.
***
Prabaswara bisa melihat Wulandari asyik bercengkrama dengan seorang lelaki yang sepertinya juga sepantaran dengannya. Ia belum pernah melihat orang itu. Siapakah ia?
"Siapa dia?"
"Siapa yang Kangmas maksud?" Parikesit balik bertanya.
"Lelaki yang bersama Adinda."
"Ohh... itu Arkananta, putra Paman Prabu Bratadikara, adik Mbakyu Ratriastiti. Sepupu Mbakyu Wulandari dari pihak ibu. Kalau aku tidak salah ingat, ia seumuran denganmu, Kangmas. Jadi mungkin kalian bisa cepat akrab," jelas Parikesit, begitu detail.
Prabaswara pikir sepupu Wulandari hanya Ratriastiti dari pihak ibu dan Parikesit dari pihak ayah. Ternyata tidak! Masih ada sepupu lainnya. Dan sepupu yang satu ini juga sepantaran yang membuat hatinya mendadak tidak nyaman.
Cemburu.
Prabaswara mempercepat langkahnya mendekati Wulandari yang masih asyik berbincang dengan Arkananta. Prabaswara bahkan tidak tahu sejak kapan Arkananta tiba, karena sejak tadi Parikesit terus memaksanya duel memanah. Parikesit masih terkesima dengan kemampuan Prabaswara saat berlatih memanah bersama Respati juga beberapa bulan lalu.
"Siapa dia, Dinda?"
"Ahh... perkenalkan, ini sepupuku, Kangmas Arkananta."
"Aku Arkananta. Ini pertemuan pertama kita. Maaf aku tidak bisa hadir pada pernikahan kalian."
"Berapa tahun umurmu?"
"Ya?" Arkananta berkedip bingung. "Enam belas."
Sial! Seumuran denganku! Prabaswara membatin, merasa tersaingi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Prabaswara [Complete√] ~ TERBIT
Storie d'amorePrabaswara adalah pangeran Kadhaton Tirta Wungu yang kehadirannya antara ada dan tiada. Prabaswara kerap mendapat perlakuan buruk dari keluarganya. Ia sangat takut tak ada putri yang mencintainya karena status dan kondisinya. Wulandari adalah putri...