🌙Prolog

181 15 3
                                    

Disclaimer:
Cerita ini hanya fiktif belaka. Semua tokoh dan nama tempat murni dari pengarang, tidak terikat dengan sejarah manapun. Meskipun mengangkat cerita kolosal tanah Jawa, tapi cerita hanyalah karangan author & tidak terkait dengan kerajaan-kerajaan Jawa pada zaman dahulu.

Selamat membaca.....

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Hari itu, Kadhaton Kembang Arum kedatangan tamu penting. Utusan dari kadhaton tetangga, Tirta Wungu, yang diwakili oleh patih. Sang prabu menjamunya dengan hangat di ruang pertemuan.

"Apa maksud kedatangan utusan dari Tirta Wungu ke kadhaton kami, Patih? Apakah ada hal penting yang harus dibicarakan?"

"Tentu saja, Kanjeng Prabu. Kedatangan kami kemari adalah untuk menagih utang Kadhaton Kembang Arum pada Tirta Wungu. Prabu Gandarwidura merasa tidak bisa menunda lagi waktunya."

Raja Kadhaton Kembang Arum beserta putra mahkotanya tampak tegang. Jamuan yang awalnya hangat berubah seratus delapan puluh derajat. Utusan Tirta Wungu datang hanya untuk menagih utang.

"Seberapa besar utang kami pada Tirta Wungu? Akan kami bayar sedikit demi sedikit."

"Total utang kalian mencapai lima ratus uang emas dan Prabu Gandarwidura menganggap kalian takkan bisa membayar utang sebanyak itu dalam waktu singkat. Jadi, Prabu Recasentanu harus segera membayarnya jika tidak ingin kadhaton kecil ini kami taklukkan."

"Akan kami bayar utang kami!" Putra Mahkota Turanggana tampak emosi. Patih Tirta Wungu seakan meremehkan negerinya.

"Tenang, Putraku. Kita harus menyelesaikan masalah ini dengan kepala dingin." Prabu Recasentanu menyentuh pundak putranya, memintanya agar tidak terbawa emosi.

"Sebenarnya utang kalian telah melebihi tenggat waktu, untung saja Prabu Gandarwidura masih memberi toleransi perpanjangan. Hanya saja kami tidak bisa menanti lebih lama lagi, Kanjeng Prabu. Kami harus menawarkan dua opsi yang harus kalian pilih untuk melunasi utang kalian."

"Apakah itu, Patih?"

"Opsi pertama adalah penaklukan Kembang Arum menjadi wilayah perluasan Tirta Wungu. Tenang saja, kadhaton kecil ini tidak akan kami luluh lantakkan jika kalian tidak memberikan perlawanan. Kadhaton ini akan kami jadikan salah satu kadipaten dari Kadhaton Tirta Wungu. Bagaiman, Kanjeng Prabu?"

"Tidak! Aku tidak akan membiarkan tanah kelahiranku ditaklukkan siapapun, walaupun sebuah kadhaton besar sekalipun! Kadhaton ini memang kecil, tapi kecil berarti aman dan nyaman."

"Sayangnya terlilit utang yang besar, Kanjeng Putra Mahkota. Untuk apa mengiming-imingi kemakmuran dan kenyamanan bagi rakyatnya jika kemakmuran itu didapatkan dari berhutang?" Patih dari Tirta Wungu tertawa sinis. Putra Mahkota Taranggana mengepalkan tangannya.

"Jaga bicaramu, Patih!"

"Cukup, Putraku! Kau tidak perlu terbawa emosi!" Suara sang prabu sedikit meninggi, namun tetap mempertahankan citranya sebagai raja yang berwibawa. Ruang pertemuan seketika lengang, tidak ada yang berani bersuara.

Prabaswara [Complete√] ~ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang