12. Nasi Sudah Menjadi Bubur🌙

40 9 0
                                    

Tak terasa sudah sebulan pernikahan Prabaswara dan Wulandari. Sebulan ini tidak ada yang tahu bahwa mereka belum pernah tidur seranjang, termasuk para pelayan di Puri Klawu. Sebulan ini pula Prabaswara tidur di bawah beralaskan karpet tebal, walau terkadang Wulandari mendesak untuk bertukar posisi.

Sebulan ini, Wulandari menerima beberapa surat dari Kembang Arum. Rata-rata suratnya ditulis oleh Respati. Sepertinya kangmasnya itu merasa kesepian tidak memiliki teman belajar dan bermain lagi.

"Ada surat untuk Kanjeng Putri Wulandari dari Kembang Arum." Kali ini Kenangkali yang menyerahkan suratnya. Biasanya ada salah satu pengawal yang juga bertugas sebagai kurir surat.

"Terima kasih, Kenang."

Wulandari langsung membuka suratnya. Terlihat jelas tulisan Respati di sana. Wulandari tertawa kecil. Kangmasnya ini hendak mengeluh apa lagi?

Diajeng, kemarin aku berkunjung ke Wanajati, bertemu Putri Adaninggar
Sudah lama tidak bertemu dengannya, ia terlihat semakin cantik dan dewasa
Sepertinya aku jatuh hati padanya

Kudengar dalam waktu dekat Wanajati akan melakukan sayembara mencari jodoh untuk Putri Adaninggar
Menurutmu, apakah aku harus mengikutinya?
Apa kau ingin memiliki kakak ipar seperti Putri Adaninggar?

Tertanda,
Kangmas Respati

Wulandari tak bisa menahan tawanya. Kali ini bukan keluhan, tapi curahan hati! Rupanya kangmasnya sedang jatuh cinta!

"Ada apa, Dinda? Kau terlihat senang." Prabaswara memasuki kamar, terlihat heran melihat Wulandari yang tertawa sendiri.

"Kangmas Respati baru saja mengirim surat."

"Apakah Kangmas mengeluh kesepian lagi?" tebak Prabaswara. Biasanya dia juga membaca surat dari kakak iparnya.

"Tidak. Kali ini dia sepertinya tengah jatuh cinta. Sepertinya tidak lama lagi aku memiliki kakak ipar. Ini, jika kau ingin membacanya."

Prabaswara tersenyum kecil. Dari berbagai surat yang dikirimkan Respati, Prabaswara bisa menilai kakak iparnya itu cukup jenaka. Ia senang setiap membaca surat dari Respati, seperti ada kebahagiaan yang disalurkan padanya.

"Oh ya, Dinda, dua hari lagi, bangku panjangnya akan dikirim."

"Wahh... akhirnya sudah jadi? Akhirnya kau tidak perlu tidur di bawah lagi, Kanda."

"Haha... tapi jangan heran jika kau mendapatiku tidur di bawah meskipun sudah ada bangku panjang. Aku tidak bisa diam ketika tidur, tahu-tahu saja sudah jatuh dari ranjang." Prabaswara dan Wulandari tertawa bersama.

Memang membutuhkan waktu lama untuk membuat bangku panjang. Untung sang prabu tidak heran ketika Prabaswara meminta dibuatkan bangku panjang dari pengrajin mebel.

***

Kurir yang biasanya mengantarkan surat ke Puri Klawu rupanya sedang mengantar surat ke Puri Abang. Tepatnya surat untuk Pramudhana.

"Surat dari Parahita?"

Pramudhana,
Entah ini kabar baik atau buruk untukmu
Apa yang kita lakukan malam itu ternyata berakibat fatal
Sekarang aku sedang mengandung anakmu, sudah satu bulan
Eyang dan Ayah sangat marah ketika tahu aku mengandung
Mereka meminta pertanggungjawabanmu

Semoga kau mau bertanggung jawab

Tertanda,
Parahita

"AARRGGHH!!!" Pramudhana mengerang marah. Dilemparnya surat itu ke sembarang arah.

Prabaswara [Complete√] ~ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang