Sasikirana datang sendirian ke istana Tirta Wungu tanpa rasa gentar. Ia ingin menuntut pertanggungjawaban.
"Bisakah saya bertemu dengan Prabu Gandarwidura? Kalau perlu dengan seluruh anggota keluarganya. Ada hal penting yang perlu dibicarakan." Sasikirana mengatakan awalan yang masih tenang dan santun. Namun entah nanti jika ia mendapatkan respons buruk.
"Maaf, Kanjeng Putri, tapi untuk menemui Kanjeng Prabu, harus membuat janji dulu."
"Lalu apakah kalian akan membiarkan saya yang datang jauh-jauh dari Kembang Arum begitu saja? Atau kalian justru akan mengusir saya?"
Kedua pengawal yang menjaga gerbang utama tersebut saling berpandangan. Salah satu di antaranya masuk ke bangunan istana, sepertinya akan memberi tahu keluarga raja.
"Ada apa ini?" Tak lama kemudian, keluarga Prabu Gandarwidura menuju gerbang utama. Ada permaisurinya, putra mahkota, bahkan Durmagati tidak ketinggalan.
"Saya tidak tahu keberadaan putri Anda yang turut diasingkan bersama suaminya. Lagipula kini Prabaswara bukanlah pangeran Tirta Wungu, jadi Anda salah alamat," ujar Lirsasongko, begitu tenang dan tanpa rasa bersalah.
"Saya tidak mencari keberadaan mereka, tetapi saya mencari keadilan untuk mereka."
"Haha... mencari keadilan?" sindir Lirsasongko, tertawa sinis.
"Sebelum mencari keadilan, Anda seharusnya mencari tahu dulu bagaimana kelakuan putri Anda selama berada di sini. Ia melanggar berbagai aturan kadhaton kami. Tidak ada menantu perempuan yang bersikeras belajar setelah menikah. Ia bahkan pernah menggoda Pramudhana, namun justru berlagak seperti dilecehkan. Kami rasa mereka pantas diusir dari istana."
Sasikirana meremas sisi pakaiannya, berusaha meredam amarah. Inilah hasil penglihatan Taranggana tempo hari, yang diperkuat dengan penjelasan Kenangkali.
"Saya rasa, Kanjeng Putra Mahkota perlu mengajari sopan santun pada putra kesayangan Anda. Di saat istrinya mengandung, ia justru menggoda istri adiknya. Pria yang santun tentu tidak akan menghamili wanita di luar ikatan pernikahan. Orang yang selalu kalian cemooh bodoh nyatanya lebih pandai dalam memperlakukan wanita."
Kini giliran Prabu Gandarwidura sekeluarga yang mengepalkan tangan. Balasan Sasikirana mampu menohok mereka.
"Kau mencemarkan nama baik kami!" seru Lirsasongko.
"Bukankah sebenarnya nama baik Tirta Wungu pernah tercoreng karena salah satu bangsawan kadhaton ini menculik putri dan membunuh pangeran Kembang Arum? Bukannya belajar dari masa lalu, kini kalian ingin mengulang kesalahan yang sama?"
Sasikirana menghela napas dalam, berusaha mengendalikan emosinya. Ia tidak boleh termakan ego yang bisa berdampak buruk pada dirinya bahkan kadhatonnya.
"Maafkan kami, Kanjeng Putri Sasikirana." Tiba-tiba Durmagati berlutut di hadapan Sasikirana.
"Durmagati! Apa yang kau lakukan?!" seru Ratu Gangganggeni.
"Apakah kalian menyesal?"
"Untuk apa kami menyesal?" balas Prabu Gandarwidura, masih terasa angkuhnya.
"Ya, kami menyesal. Untuk itu maafkan kami, Kanjeng," sahut Durmagati.
Ada dua jawaban berbeda, entah mana yang benar. Sasikirana menyeringai. Sebuah cahaya merah muda perlahan menyelimutinya.
Sekaranglah saatnya melihat penyesalan mereka.
***
Taranggana dan Prabu Bratadikara semakin memacu kuda masing-masing. Mereka merasa Sasikirana akan melakukan sesuatu yang harus dicegah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prabaswara [Complete√] ~ TERBIT
RomancePrabaswara adalah pangeran Kadhaton Tirta Wungu yang kehadirannya antara ada dan tiada. Prabaswara kerap mendapat perlakuan buruk dari keluarganya. Ia sangat takut tak ada putri yang mencintainya karena status dan kondisinya. Wulandari adalah putri...