13. Para Menantu🌙

42 10 0
                                    

Pandangan Wulandari menyapu semua penjuru balairung tempat pernikahan dilangsungkan. Ia mencari keberadaan keluarganya. Entah siapa yang hadir. Yang pasti bukan ibunya, karena Sasikirana semakin mendekati hari perkiraan melahirkan.

"Diajeng."

"Kangmas?" Wulandari tidak menyangka Respati-lah yang datang pada acara pernikahan Pramudhana dan Parahita.

"Kangmas datang sendiri?"

"Tidak, bersama Eyang Kakung."

"Tidak bersama Ayah?"

"Tidak. Ayah tidak ingin meninggalkan Ibu yang semakin mendekati hari melahirkan."

Wulandari bergumam pelan. Secinta itu ayahnya pada ibunya, demikian sebaliknya.

"Lagipula aku kemari untuk bertemu Putri Adaninggar juga," lanjut Respati, tersenyum malu. Wulandari tertawa kecil. Astaga! Kangmasnya benar-benar jatuh cinta!

"Tapi hati-hati, Kangmas."

"Ya... aku tahu pasti banyak pangeran yang juga terpesona pada Putri Adaninggar. Sainganku tidak hanya satu."

"Bukan begitu!"

"Lalu apa?"

"Jangan bertingkah macam-macam padanya ketika bertemu," bisik Wulandari. Ia tentu tidak ingin Respati menjadi seperti Pramudhana.

Meskipun tidak dijelaskan secara gamblang, Respati paham dengan maksud Wulandari. Ia tidak akan melakukan hal buruk tersebut.

"Di mana Dimas Prabaswara, Diajeng?"

"Sedang mengambil minum, Kangmas."

"Apa yang sudah kalian lakukan sebulan ini? Bagaimana malam pertama kalian?"

"Ra-ha-si-a!"

Respati kembali tertawa. Ia juga tidak tahu bahwa Prabaswara dan Wulandari belum melakukan malam pertama.

"Kau tahu, aku sangat kesepian setelah kau meninggalkan Kembang Arum, Diajeng. Pelajaran bersama Guru Kumbara tidak seseru dulu tanpa kehadiranmu."

Pelajaran? Wajah Wulandari memucat kala mendengarnya. Karena hal itu, ia harus menerima lima pukulan rotan di tangan.

"Kangmas." Syukurlah Prabaswara kembali.

"Nah, kau kembali, Dimas. Apa kau tidak takut istrimu digoda lelaki lain saat kau tinggal sendiri seperti tadi?"

"Haha... tidak, Kangmas. Karena kuyakin hal itu takkan terjadi. Lagipula ada Kangmas yang menemani Adinda selama aku mengambil minum tadi."

"Sepertinya kalian sudah mulai saling mencintai," gumam Respati. Prabaswara dan Wulandari saling pandang.

Apakah mereka mulai saling mencintai? Entahlah. Hingga saat ini belum ada yang menyatakan cintanya.

"Tuh kan! Dilihat dari tatapan kalian saja sudah jelas adanya benih-benih cinta."

"Abaikan ucapan Kangmas, Kanda. Begitulah kalau sedang jatuh cinta, ucapannya sedikit melantur." Wulandari melambaikan tangannya. Prabaswara tertawa kecil.

Tak lama kemudian, seorang putri muda berjalan anggun menghampiri mereka. Putri dengan postur tinggi semampai dan paras rupawan tersebut mengundang decak kagum dari Wulandari maupun Prabaswara.

"Putri Adaninggar, perkenalkan ini adikku, Wulandari. Yang ini adik iparku, Prabaswara."

"Lama tidak berjumpa, Putri Wulandari. Kau terlihat lebih anggun dan dewasa dari terakhir kali kita bertemu lima tahun lalu."

Prabaswara [Complete√] ~ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang