Disclaimer:
Cerita ini mengandung banyak hal-hal yang bertolak belakang dengan norma dan aturan moral masyarakat umum. Ini sekali lagi hanya karya fiksi, mungkin pola pikir yang menyimpang (LGBT, Freesex, kekerasan verbal/unverbal, dll) akan lebih m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mentari pagi kembali datang. Ini sudah hari ke sepuluh, dimana Lisa dan Jaehyun menempati unit apartemen baru mereka. Lisa juga sudah memberi kabar pada pihak agensinya, perihal masa hiatus yang ia inginkan selama setahun penuh.
"Apa segalanya berjalan lancar?" Jaehyun berujar, sambil menyeka keringat yang berembun di dahi kekasihnya. Kedua orang dewasa itu baru saja selesai melakukan workout bersama. Lisa kemudian mengangguk, lalu meneguk air mineral dari tumbler yang ia bawa.
"Nyonya Bae tidak marah?"
"Tidak. Umm, Sayang, aku benar-benar lapar."
Jaehyun yang masih sibuk menekan kode password pintu pun kembali teralih pada Lisa. "Iya, masuklah dulu! Setelah ini aku akan membuatkan menu sarapan untuk kita."
Pintu utama unit pun terbuka. Lisa lebih dulu masuk, di susul Jaehyun di belakang tubuhnya. Wanita itu lantas merebah di atas sofa ruang tamu. Sementara Jaehyun berlalu ke arah pantry. Mencuci tangan lebih dulu, sebelum kemudian menghampiri lemari pendingin untuk mencari beberapa bahan makanan yang bisa ia olah.
"Bagaimana soal CEO Peaceminusonegroup?"
Mendengar kalimat pertanyaan yang menguar dari belah bibir Lisa, Jaehyun pun seketika jadi menghentikan aktivitasnya. Di tatapnya tubuh yang tengah berbaring sambil memejamkan mata di sofa. Ia tersenyum geli, meskipun Lisa tidak mungkin bisa menangkap ekspresi kekeh tersebut.
"Jangan memanggilnya seperti itu. Suatu saat dia akan menjadi ayahku juga!"
"Huh?" Kali ini wajah cantik itu membuka mata. "Omong kosong! Dia bahkan membuangku tanpa rasa bersalah sama sekali!"
Jaehyun diam, tak ingin lagi melanjutkan perdebatan lebih jauh tentang masalah keluarga mereka. Seperti yang ia tau, ini bukan lagi ranahnya untuk menyangkal. Ia pun kembali melanjutkan gerak tangannya yang sibuk memilah bahan-bahan di dalam lemari pendingin. "Aku sudah mengganti SIM card. Demi menghindari panggilan telepon dari ayahmu. Sebenarnya percuma juga, pasti tak lama lagi ayahmu akan tetap berhasil menemukan posisi kita sekarang."
"Benarkah? Aku tidak merasa akan begitu!"
"Dia selalu mengawasimu Lisa. Kau saja yang tidak sadar!"
Sekelumit rasa takut seketika membuat Lisa jadi refleks terbangun dari posisinya. Ia pun lantas menatap panik ke arah Jaehyun. "Apa maksudmu?"
"Ayahmu sangat menginginkan kepulanganmu. Tapi di lain sisi, dia juga tak ingin membuatmu pulang dalam keadaan terpaksa. Karena itu, dia mengerahkan beberapa orang untuk mengawasimu, dan yang terakhir itu aku. Aku juga salah satu orang yang dia bayar untuk membawamu pulang kembali ke rumahnya tanpa sebuah paksaan. Masuk akal, jika Ayahmu sekarang benar-benar merasa bersalah dan sangat merindukan keberadaanmu di dekatnya."