Disclaimer:
Cerita ini mengandung banyak hal-hal yang bertolak belakang dengan norma dan aturan moral masyarakat umum. Ini sekali lagi hanya karya fiksi, mungkin pola pikir yang menyimpang (LGBT, Freesex, kekerasan verbal/unverbal, dll) akan lebih m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sekitar beberapa jam Jaehyun tak pulang. Ia masih setia duduk menyendiri di sebuah atap gedung. Menenangkan pikiran, terlalu kacau rasanya segala hal yang ia rasakan sekarang. Pikirannya masih menembus batas tentang seorang gadis yang sangat ia suka.
Lalisa.
Entah apa juga yang mendorong gadis itu untuk nekat mencari tahu seluruh isi kamar Jaehyun. Hingga semuanya berujung pada penemuan buku catatan kecil itu. Sedikit saja jika ia bisa memahaminya, semuanya itu terjadi sebelum Jaehyun benar-benar sadar akan perasaannya sendiri.
Selang beberapa detik tiba-tiba ponselnya berdering. Jaehyun kira itu sebuah panggilan, tidak taunya sebuah reminder alert.
Besok ulang tahun 'Lisa.
Tatapan matanya seketika menyendu. Bahkan untuk hari ulang tahunnya besok Jaehyun malah memberikannya sesuatu yang menyakitkan seperti ini. Tidak. Sebenarnya Jaehyun terlalu panik, hingga ia sendiri bingung harus berbuat apa. Kenyataan Lisa mengakhiri hubungan mereka secepat itu pun membuatnya jadi balik mengancam wanita itu.
Jaehyun tertunduk, lalu tersenyum samar. "Ah, aku sepertinya harus benar-benar minta maaf."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebuah bucket bunga lily tergenggam sempurna di tangan Jaehyun. Baiklah, mungkin sebaiknya ia mengakui pelan-pelan tentang siapa dirinya sebenarnya. Soal resiko yang ia dapat dari Kwon Jiyong, mungkin bisa ia pikirkan belakangan. Yang jelas Lisa harus memaafkannya lebih dulu.
Senyumnya merekah, tak luruh di sepanjang gerak kakinya. Ia membuka pintu perlahan. Meletakkan bucket itu di atas ranjang tidurnya. Jaehyun berniat untuk membersihkan diri lebih dulu sebelum bertemu Lisa.
Baru juga membuka sempurna seluruh pakaian atasnya. Tiba-tiba ia di buat mematung dengan buku yang tergeletak di atas ranjang tidur.
