WARNING! 2500 KATA, BIJAK DALAM MEMBACA!
SIAP MENGISI KOMENTAR TIAP PARAGRAF? JANGAN LUPA UNTUK MENEKAN VOTE DI BAWAH YA! SECUIL JEJAK KALIAN BERARTI BANYAK BUAT AKU!
HAPPY READING!
2. LUKA YANG TAK KUNJUNG SEMBUH
Arlan bisa merasakan badannya yang benar benar letih karena sempat ia habiskan untuk bertengkar dengan Gilang. Sahabat yang berstatus sebagai musuh bebuyutannya itu memang tidak pernah berhenti mencari masalah. Sehabis mereka berlima pulang dari terminal, Arlan dan teman temannya memutuskan untuk tidak ke WR terlebih dahulu.
Motor ninja itu baru saja ia letakan di dekat mobil hitam miliknya. Arlan dapat mencium masakan yang sangat lezat dari depan.Cowok pecinta warna hitam itu buru-buru melepaskan helm fullfacenya dan segera masuk ke dalam rumahnya.
"Arlan pulang," katanya, membuat Sean dan Rianti menoleh bersamaan.
Hari sudah hampir sore dia baru pulang. Janjinya hanya pergi sebentar dengan temannya. "Habis darimana saja kamu, Lan?" tanya Sean, Ayah kandungnya.
"Bukan urusan Papa," kata Arlan jutek. "Yang penting Arlan pulang," Ia tidak menghiraukan jika Papanya sudah duduk di kursi meja makan. Yang artinya, Arlan juga harus ikut makan dengan Papanya.
"Duduk sini, Papa mau bicara sama kamu."
Arlan mendekati lelaki berusia 40 tahun itu. Ia meletakan jaket kebanggannya di ujung kursinya. Segelas es teh yang dibuatkan oleh Rianti datang dan habis begitu saja. "Haus banget ya sayang, sampe langsung habis gitu?"
Arlan menatapnya sinis. "Ada lagi nggak?"
Rianti mengangguk. Wanita yang berusia 37 tahun ini berstatus sebagai Ibu angkat dari Arlan. Sungguh, bahkan sampai matipun ia rela tidak menganggap Rianti adalah Ibunya.
"Sopan sama Mama kamu," pinta Sean, namun Arlan semakin tak acuh. Hal yang paling menyebalkan adalah saat kumpul dan makan bersama dengan keluarga, tanpa Hera dan Ayra.
"Mau sampe kapan kamu nggak anggap dia mama kamu?"
Arlan mengambil sehelai roti dan mengoleskan selai nutella sebanyak mungkin. "Nggak pernah dianggap. Buat apa Arlan anggap Mama, hm?"
Sean tertegun. Ia melirik Rianti yang tengah merapikan piring kaca dengan prihatin. "Kamu udah besar, udah SMA. Bentar lagi mau kuliah, masih kayak anak kecil aja sifat kamu. Susah melupakan masa lalu."
Arlan tertawa kecil. "Emangnya Papa gampang lupain masa lalu, hm? Jujur deh Pa, nikahin Mama karena terpaksa, kan? Papa juga masih cinta kan sama Bunda dan Ayra?"
Sean diam. Sungguh, Sean juga masih menyayangi Ayra, anak bungsu keluarga Adhitama itu benar benar hilang hingga membuat mereka gila. "Kelihatan dari mata Papa, kalau emang Papa nggak pernah bahagia nikah sama Mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLAN [SELESAI]
Teen FictionDalam cerita yang penuh intrik dan perubahan tak terduga, kita akan mengikuti kisah Reynan Arlan Adhitama, yang lebih dikenal sebagai Arlan, seorang remaja yang telah kehilangan semangat hidupnya sejak tiga tahun yang lalu, ketika kepergian ibunya d...