15. Confess?

4.3K 203 20
                                    

WARNING! 2000+ KATA, BIJAK DALAM MEMBACA !

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YANG BANYAK YA DI BAB INI

HOWS YOUR DAY?

HAPPY READING >>>

HAPPY READING >>>

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

15. CONFESS?

Tidak ada yang paling menjengkelkan saat tengah hari mendapatkan pelajaran matematika. Hanya Erza saja yang betah saat pengerjaan matematika di siang bolong seperti ini. Arlan, Jordan dan Farhan memang pemilik suara terbesar di kelas. Ditambah ketiga pentolan Razhor menduduki kelas ini, yang diwalikan oleh Bu Risma, selaku guru matematika kelas sebelas.

"Yang dibelakang kalau ribut terus ibu keluarin!" tegur Bu Risma.

Seketika semuanya diam. Namun tidak dengan ketiga cowok itu. Bukannya sibuk belajar, mereka malah membahas uang yang Bram balikan digunakan untuk hal apa. Berhubung itu adalah uang iuran mereka juga Arlan.

"Hitungan ketiga ibu kesana, satu ... dua ... tiga!" pekik Bu Risma.

Menjadi wali kelas ini, dia harus dididik ekstra sabar dan tidak boleh putus asa dengan murid bengal di sekolah. Bukan hanya satu saja, kini ada tiga pentolan di kelas.

"Arlaaann! Jordaan! Farhaann! Kenapa sih suara kalian menggelegar banget? Temen kalian yang di depan keganggu!"

Bukannya takut, mereka bertiga malah duduk santai sambil menaikan alisnya menggoda Bu Risma. Memang, pemilik status guru tercantik dan terbody goals di SMA ini adalah Bu Maya, wali kela XI 5 serta Bu Risma, wali kelas mereka sendiri.

"Kenapa Bu? Ada yang bisa kami bantu?" tanya Jordan.

"Pake nanya lagi? Nyadar enggak, suara kalian ganggu pelajaran ibu!" ujarnya berteriak.

"Lah, memangnya suara ibu nggak ganggu kuping saya bu? Ini telinga saya juga pengeng denger Ibu teriak teriak terus? Nanti nggak awet muda lho bu." kata Farhan.

"Farhaaann!" suara Bu Risma benar-benar seperti anak kecil yang berteriak, sangat kencang dan tinggi.

"Bu! Pelan-pelan ... bicara sama kita pelan-pelan bu. Jarang-jarang lho Bu dapat murid kayak kami," kata Jordan.

"Jarang gimana? Yang ada tensi ibu naik terus kalau sama kalian. Jangan berisik dulu, ibu susah jelasinnya."

Mereka kembali tertawa melihat omelan Bu Risma di depan sana. "Bu Risma wali kelas XI-7 yang paling cantik rupawan dan dermawan ... daripada ibu stres marah-marah, mending kita keluar aja ya bu? Saya juga pusing lihat matematika siang hari kayak gini." ucap Arlan. Seisi kelas tertawa, bahkan ada yang setuju dengan pikiran gila ini.

Bu Risma membelalak seperti raksasa. Kedua tangannya ia letakan di samping pinggangnya. "Jangan buat ibu tambah pusing, fertigo ibu nanti kambuh kalau kayak gini terus, gimana coba caranya ya?"

ARLAN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang