22. First Kiss

5.3K 200 9
                                    

WARNING 2070+ KATA! BIJAK DALAM MEMBACA + BERKOMENTAR

* YANG TAU ARLAN DARI TIKTOK/IG NGACUNG!

YANG SIDERS JANGAN MAMPIR! 

VOTEMEN KALIAN TUH BERHARGA BANGET BUAT KAMAS, PAHAM NGGAK SIH!? :D

YAUDAH, HAPPY READ YAA

YAUDAH, HAPPY READ YAA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

22. FIRST KISS

Dinda tidak merasakan tegang sama sekali saat di interview oleh Rangga. Mungkin, saking inginnya dia untuk ikut berorganisasi di dalam OSIS ia sampai lupa rasanya untuk takut. Lebih bagus lagi, Dinda mendapat posisi yang naik secara tiba-tiba entah darimana.

"Selamat ya Dinda, kamu berhak dapat posisi itu." puji Rangga sambil menjabat tangan perempuan itu.

Dinda tersenyum. Ia membalas uluran tangan Rangga dan menggenggamnya. "Sama-sama, terimakasih kembali ya, Kak. Sudah mau menerima saya disini. Sesuai dengan janji saya tadi, saya akan berusaha sungguh-sungguh dan semaksimal mungkin untuk berkontribusi dengan organisasi OSIS."

Rangga tersenyum. Ia mengantarkan Dinda ke depan ruangan ini. Berhubung interviewnya sudah selesai. "Oh ya, ingat juga kata saya, kamu jangan sering sering berhubungan sama cowok yang tadi saya ceritakan, ya? Dia enggak baik di sekolah ini," kata Rangga tiba-tiba.

Dinda mengangkat kepalanya ke atas karena tingginya hanya sebatas bahunya saja. "Kenapa memangnya, Kak? Kalau dilihat-lihat Arlan kan baik anaknya?"

Rangga tertawa. Ia sangat tidak suka jika ada seorang yang memuji cowok itu di sebelahnya. Sebagai orang yang haus akan perhatian, Rangga tak segan-segan menjelekan nama Arlan di dekat Dinda.

"Kamu kan baru masuk di SMA ini, belum tau lebih dekat sama dia. Saya yang sudah sering berhubungan sama dia, anaknya nakal, sukanya tawuran, keluarganya hancur, bawa nama gengnya ke sekolah. Dasar cowok nggak tau diri."

Dinda cengo mendengarnya. Sungguh? Apakah ini Ketua OSIS? Jika memang mereka bermusuhan, namun mengapa Rangga yang berstatus sebagai Ketua OSIS menjelekan siswa di sekolah ini.

"Kak, kalau ada masalah sama Arlan selesaiin aja baik-baik, Kak. Dinda yakin, semua masalah ada jalan keluarnya kok."

"Kamu gampang bilang kayak gitu, kan belum pernah ngalamin, ya kan?" pertanyaannya membuat Dinda menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Hm. Kalau gitu, Dinda duluan aja ya, Kak. Keburu jam masuk kelas, terimakasih banyak ya Kak. Makasih udah mau nerima aku jadi anggota OSIS Kakak." kata Dinda sambil melambaikan tangannya.

Rangga hanya tersenyum. Disisi lain, ia sangat senang bisa mengikis jarak dekat dengan Dinda dalam organisasi resmi sekolah, bukan Razhor.

"Gue nggak akan bisa tenang kalau jarak kita jauh kayak gini Din," kata Arlan dari balik dinding. Miris sekali dirinya sampai harus menguping gadis itu,

ARLAN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang