WARNING! 1700+ KATA BIJAK DALAM MEMBACA!
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA YA
SUDAH FOLLOW AUTHORNYA BELUM? JANGAN LUPA SEBELUM BACA BERDOA DAN FOLLOW DULU, OKE?
HAPPY READING CINTA!
9. DIA PEDULI?
Sepulang sekolah hal yang paling nikmat bagi mereka adalah bermain ke WR. Bahkan WR sudah bisa mereka anggap sebagai rumah ternyaman mereka. Disini, mereka bisa menemukan apa yang jarang mereka lihat, mereka saling menjaga, menolong, dan merangkul satu sama lain. Sehingga tak jarang mereka terlihat bertengkar.
Erza dan Farhan baru saja meletakan tas mereka, hal kedua yang mereka lakukan setelah berjabat tangan dengan adik angkatan, mereka mempercepat langkah kakinya menuju dapur istimewa WR.
Lima mangkuk mie ayam lengkap dengan topping daun bawang itu memiliki aroma yang sangat kuat. Bahkan dari depan saja, Farhan sudah tak tahan untuk melahapnya. Bude tau jam berapa anak anak itu datang dari sekolah ke WR, rasanya sepi jika tak diisi oleh mereka.
"Jak! Lo bawa dua gue bawa tiga," ujarnya.
Erza terpaku di tempatnya, ia menyandarkan badannya di ambang pintu dekat dengan dispenser itu. "Bisa lo bawa segitu? Kalau tumpah ... "
Farhna terkekeh, rupanya Erza tak mengetahui skillnya dalam makanan. "Lo tau kan, teman lo yang satu ini kalau sama makanan kayak gimana?"
Erza berdeham pelan, ia mengikuti apa yang Farhan ucapkan. "Terserah lo, gue tau lo kelaperan," jawabnya.
Di dalam dapur, mereka tak melihat Bude memasak. Mungkin ada keperluan lain di rumahnya. Suara cempreng Nabila juga tak kunjung terdengar sampai siang ini.
"Mie ayam datang, geseran lo sedikit!" tegas Farhan, dengan mata yang melotot.
"Yeee, nggak usah melotot gitu juga mata lo, mau gue colok?" ancam Jordan.
Erza membagikan beberapa mangkuk mie ayam itu, menu siang ini lebih identik dengan mie. Berharap besok bertemu dengan nasi goreng spesialnya.
"Udah lo isiin cabe semua, kan?" tanya Gavin.
Farhan mengacungkan jempolnya. "Khusus buat lo, sebotol di dalem udah habis di mangkuk lo, Vin. Lo gak lihat tuh mie lo sampe merah kayak gitu?"
Gavin menggaruk tengkuknya. Ia tak mempedulikan apa yang Farhan ucapkan, dari yang ia lihat warna mie ayam mereka juga sama warnanya.
"Makan doang banyak bicara lo, mau gue sumpelin?" tanya Farhan, membuat satu meja tertawa.
Rasanya sepi jika tak ada Prema dimeja ini, namun, biarkan semua dijawab oleh waktu yang berjalan. "Enak, nggak? Bude belum mau belanja lagi ya?" tanya Erza.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLAN [SELESAI]
Подростковая литератураDalam cerita yang penuh intrik dan perubahan tak terduga, kita akan mengikuti kisah Reynan Arlan Adhitama, yang lebih dikenal sebagai Arlan, seorang remaja yang telah kehilangan semangat hidupnya sejak tiga tahun yang lalu, ketika kepergian ibunya d...