WARNING! 1900+ KATA BIJAK DALAM MEMBACA
JANGAN JADI SIDERS DILAPAK INI YA, HARGAI DENGAN VOTEMEN DAN FOLLOW KAMAS <3
HAPPY READING!
26. DIA BUTUH KAMU
Arlan menghembuskan napasnya dalam-dalam pagi hari ini. Berharap semua kejadian baik datang kepadanya. Sudah hampir dua hari lebih ia tidak berbicara langsung dengan Dinda, hanya sebagai batasan tatap-tatapan saja, bahkan hal itu juga diawasi oleh Viona. Jika tidak, cewek itu akan bertindak seenaknya.
Arlan menuruni anak tangga rumahnya. Pemandangan buruk selalu mendatanginya setiap hari. Sarapan dengan orang yang tidak diingkan membuatnya ingin cepat cepat pergi dari sini. Namun, hendak saat ia sudah diambang pintu, suara berat milik papanya terdengar dan memanggil nama cowok itu.
"Arlan, duduk dulu sarapan sama-sama." kata Sean yang baru saja mengambil sehelai roti berselai nutella.
Arlan hanya melirik dari tempat berdirinya. "Makan aja, Arlan duluan.
"Tolong hargai Papa saat bicara sama kamu, Nak."
Lagi dan lagi. Ucapan itu membuat Arlan berhenti dan berjalan ke arah nada berat itu. Arlan mengangkat salah satu alisnya dan meletakan kedua tangannya di punggung kursi makan itu. "Hm?"
"Duduk, kamu mau berangkat seenggaknya salim dulu sama Mama Papa kamu."
Arlan terkekeh. Dia menyibakan rambutnya ke belakang sambil membenarkan gendongan tasnya. "Mama? Papa? Puas kan, udah buat Arlan benar-benar tunangan sama Viona?"
Sean menekuk wajahnya. Tunangan? Bukankan anaknya benar-benar menolak jika ia sudah tunangan dengan Viona, namun mengapa pagi ini ia menerima dengan begitu saja. Sean dan Rianti sama-sama saling pandang, memahami bahasa mata yang mereka gunakan.
"Maksud kamu apa, Arlan?"
Arlan menjauhi ruang makan itu. Dari sudut ruang tamu, ia menunjuk kedua orang tua itu dengan wajah benar-benar kecewa. "Jangan pura-pura bodoh di rumah ini. Kedua pihak yang saling menyetujui dengan tidak adanya konfirmasi dari pihak utama, itu yang disebut keluarga?" katanya, lalu pergi meninggalkan rumah ini dengan jengkel.
✧༝┉˚*❋ ❋*˚┉༝✧
Tidak ada tempat yang lebih nyaman selain bermain di WR hingga sepuluh menit sebelum bel masuk sekolah. WR yang bisa dikatakan sebagai tempat yang tidak pernah tidur, ini memang banyak dihuni oleh anak Razhor angkatan Arlan, Aidan dan banyak lagi.
Kedatangan Arlan disambut baik oleh anggota disana dan melakukan high five ala mereka. Arlan meletakan tasnya di meja tengah, meja khusus untuk anak inti di setiap angkatan berapapun.
"Tuh muka pagi-pagi udah kayak keset aja, kemana Lan?" tanya Jordan. Cowok penyuka makan itu baru saja tiba dengan tangan yang penuh dengan nasi kuning.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLAN [SELESAI]
Fiksi RemajaDalam cerita yang penuh intrik dan perubahan tak terduga, kita akan mengikuti kisah Reynan Arlan Adhitama, yang lebih dikenal sebagai Arlan, seorang remaja yang telah kehilangan semangat hidupnya sejak tiga tahun yang lalu, ketika kepergian ibunya d...