Bab 22

5.1K 808 38
                                    

Annalise pov..

Aku ingat. Kenangan apa yang aku lupakan. Dimasa lalu ketika Gavril menyusup masuk kedalam istana, dan berhasil membunuh Kaisar serta para istrinya. Ia membawa seluruh anak-anak Kaisar Mileya ke alun-alun kota dengan tangan terikat dan leher yang dipakaikan rantai di hadapan para rakyat dan bangsawan Mileya.

Ketika Gavril telah membunuh para Pangeran Mileya, terjadi serangan mendadak yang dilakukan oleh seseorang. Orang tersebut adalah Pangeran ke-11. Pangeran yang berhasil selamat di medan perang kembali untuk menyelamatkan adiknya. Sayangnya, Pangeran ke-11 harus tertangkap oleh Gavril dan pasukannya. Meski tertangkap, Pangeran tersebut memohon keselamatan untuk adiknya. Gavril akan mengabulkannya jika Pangeran itu bersedia menusuk dirinya di depan adiknya. Dan Pangeran tersebut melakukannya demi keselamatan adiknya. Sayangnya, Gavril mengkhianati janji tersebut dengan menjual seluruh putri kekaisaran Mileya sebagai budak.

Aku yang bahkan waktu itu mengurung diri mendengar cerita tersebut dari para pelayan. Para pelayan sendiri mendengar hal tersebut dari para Ksatria yang menyaksikan hal tersebut. Gavril seorang tiran yang tak berhati.

Aku sendiri waktu itu sangat penasaran dengan sosok Pangeran ke-11 yang sangat menyayangi adiknya. Aku bahkan iri dengan perempuan yang menjadi budak itu. Hal tersebut membuatku bertanya-tanya apakah Gavril bisa menyayngiku seperti itu. Sayang sekali aku harus dijatuhkan oleh harapan palsu. Gavril memanfaatkanku dan mempermainkanku sampai akhirnya aku harus mati sebagi upeti. Sepertinya itu karma.

Pagi harinya, para pelayan masuk dan membantuku mandi. Seperti biasanya para pelayan tersebut memuji tubuhku yang indah tanpa cacat. Sudah jelas hal tersebut terjadi, tubuh ini sudah terawat dengan sangat baik.

Adelaide masuk bersama beberapa orang lainnya dan mulai meriasku. Aku membangun imageku sebagai seorang penari yang sangat cantik. Bahkan jika aku boleh menilai, diantara semua putri Mileya tidak ada yang memiliki wajah menawan seperti diriku.

Selesai bersiap rencanaku hari ini adalah mencari informasi di luar istana. Aku harus memastikan sesuatu lagi. Dari yang aku dengar, wabah diare muncul di berbagai perbatasan dn mulai menyebar menuju ibu kota. Belum lagi ladang para rakyat semuanya mati hingga mengakibatkan krisis kelaparan. Aku melupakan satu fakta bahwa festival syukur tidak bisa diadakan tanpa adanya sumber makanan yang melimpah. 

Aku sudah memberikan perintah agar Gavril menghentikan peracunan terhadap sumber air. Dan menurut informasi dari Alistair. Saat ini mereka sudah berhasil memojokan Jendral Kraise. Pasukan kekaisaran Bellamy juga mulai bergerak agar bisa menuju ibukota Mileya tepat waktu. Beberapa daerah di perbatasan berhasil di rebut oleh Alistair dan tangan kanan Kaisar. Aku tinggal menunggu waktu Jendral Kraise tiada.

Aku melihat kesekitarku, pemandangan dari pasar ibukota Mileya. Aku mulai berjalan-jalan sembari mencari berita. Dari yang aku dengar dari rakyat jelata, sekarang banyak pengungsi yang berdatangan karena wilayahnya dijadikan medan perang. Belum lagi wabah dan krisis pangan yang terjadi di beberapa daerah. Para rakyat khawatir bahwa tak lama lagi pasukan Bellamy akan menerjang ibu kota.

Aku menahan tawaku agar tidak muncul. Beberapa pasukan memang sudah masuk ke kekaisaran Mileya. Selain pasukan Gavril dan pasukan yang aku bawa, pasukan dari tangan kanan Count Hary juga sudah masuk ke kekaisaran Mileya sebagai imigran yang mengungsi.

Aku pun menuju ke sebuah stand Peramal ketika merasakan seseorang mengikutiku. Sepertinya itu ulah Pangeran kurang ajar itu. Lihat saja nanti, dia orang yang akan kubunuh setelah Kaisar dan Putra Mahkota.

"Silahkan duduk nona pelanggan, saya bisa meramal apapun untuk nona pelanggan yang cantik." kata Penyhir tersebut ramah.

Aku sebenarnya tidak percaya ramalan, tapi mau bagaimana lagi. Aku tidak ingin seseorang mencurigaiku.

PANDORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang