Setelah berlatih, Annalise lebih memilih kembali dan pergi mandi. Ia meminta badannya dipijat oleh pelayannya. Rasanya otot di tubuhnya digerakan secara berlebihan.
"Bagaimana bisa tubuh tuan Putri seperti ini? Sepertinya anda berlatih dengan sangat keras."
Annalise diam mendengarkannya. Tubuhnya kaku dan sakit. Ia lelah rasanya lebih baik tidur saja. Tapi ia sudah berjanji akan menemui Kaisar dan akan berkuda bersama.
Selesai mandi dan bersiap, Ananlise langsung menuju istana Kaisar. Akan tetapi ayahnya sedang rapat. Annalise lebih memilih menunggu ayahnya diruang rapat. Tapi ketika mendengar dari Ksatria bahwa Kaisar masih lama, Annalise memutuskan untuk menunggu. Tentu saja, ia menyuruh seorang Ksatria membawakannya sofa agar ia bisa duduk.
Mungkin karena badannya yang lelah, dan tiupan angin yang menerpanya. Kantuk datang menghampirinya. Annalise tertidur.
Rapat masih berjalan, Arthur yang menyadari bahwa ia memiliki janji memutuskan untuk menyudahi rapatnya. Ketika ia hendak pergi, Duchess Meridia, menghentikannya dan bertanya tentang permasalahan yang ia hadapi. Arthur menatapnya tak senang lalu menyuruh Meridia mengatakannya besok saja. Ia pun keluar diikuti para bangsawan yang lain. Sampai didepan pintu, Pengawal tersebut memberitahu kepada Kaisar bahwa putri Annlise menunggunya hingga ketiduran.
Arthur langsung mendekatinya. Ia menunduk dan memanggilnya lembut. Annalise membuka matanya perlahan dan mengusap matanya.
"Ayah? Maaf aku menunjukan penampilan yang tidak seharusnya."
"Tidak Annalise. Ayah yang salah karena membiarkanmu menunggu terlalu lama."
"Tidak Ayah. Tidak lama."
"Apa kita harus menunda acara kudanya? Kamu terlihat lelah putriku." kata Arthur.
Annalise menggeleng. "Tidak ayah. Aku memang lelah karena berlatih pedang tadi. Tapi sekarang sudah baik-baik saja."
"Benarkah?"
Annalise menganguk cepat.
"Apa latihanmu berjalan lancar tadi?"
"Iya. Guru memujiku. Dia bilang aku jenius."
Arthur berusaha tak terkejut mendengarnya. Ia lalu bangun dan mengulurkan tangannya. Annalise meraihnya lalu bangun. Ia terkejut melihat para bangsawan dan Leander ada disana. Para bangsawan itu segera memberikan salam kepada Annalise. Annalise tersenyum membalas salam tersebut lalu mengajak Leander agar ikut dengannya berkuda bersama dengan Kaisar. Leander menganguk. Annalise langsung melepaskan genggaman tangan ayahnya dan merangkul lengan Leander. Ia mengajak Leander pergi, dan tak lupa satu tangannya lagi menggandeng lengan ayahnya.
Para bangsawan yang melihat Annalise terkejut. Ternyata, Kaisar yang sangat menyayangi tuan putri tidaklah main-main. Pantas saja, mendiang ratu dulu dihukum penggal karena hendak membunuh tuan putri. Ternyata memang, Kaisar sangat menyayangi tuan putri Annalise.
***❤***
"Sepertinya Marquess muda itu berniat menjilatmu." kata Leander ketika mendengar cerita Annalise.
"Apa? Bagaimana bisa Kak Lean menilai guruku yang baik itu seperti itu? Guru Savier itu sangat adil dan bijaksana. Lihatlah matanya yang melambangkan kejujuran itu. Jika kakak tidak percaya aku bisa menunjukan ketrampilanku."
"Tentu saja. Aku akan menantikannya." goda Leander.
"Ayah- lihat kak Lean." adu Annalise dengan menoleh ke belakang.
Yah, Annalise dan Arthur berada dalam satu kuda. Arthur juga tertawa kecil. "Ayah juga sangat menantikannya putriku. Ayah penasaran sejenius apa itu."
"Ayah... Uh, menyebalkan."

KAMU SEDANG MEMBACA
PANDORA
خيال (فانتازيا)Sama seperti Pandora, yang dilarang oleh Zeus untuk membuka kotak emas yang dihadiahkan. Aku pun dilarang untuk memasuki Istana Shapirre oleh Kaisar yang merupakan ayahku. Aku yang dipenuhi keingintahuan seperti Pandora pun memasuki istana tersebut...