Bab 47

2.2K 205 38
                                    

"Kau tidak marah pada Kaisar yang akan menjodohkanmu dengan suku Huihe itu?"

"Kakak, jaga ucapanmu. Dia Kaisar sekarang,"

"Jangan membelanya!" ucap Gavril kesal.

"Aku tidak membelanya. Lagipula belum tentu Kaisar yang akan memenangkannya. Masih ada Duke Alistair dan juga Duke Leviathan. Kakak juga pastinya akan ikut berpartisipasi, ayah juga akan menghalanginya aku tidak perlu khawatir bukan?"

Gavril tersenyum. Sejak melihat Annalise memiliki rambut dan mata seperti ibunya, Gavril mulai melembut pada adiknya itu. Terlebih Annalise juga selalu membelanya membuat perasaannya sedikit mencair.

"Aku akan memenangkan kompetisi itu, jangan khawatir."

"Apa yang akan kakak minta pada Baginda Kaisar nanti,"

"Untuk mengembalikan gelar dan otoritasku. Besok, Leander mungkin akan mencopotku dari gelar pangeran,"

"Kasihan sekali, harusnya kakak tidak berselingkuh dengan wanita milik orang lain!" ujar Annalise setengah tertawa.

"Enak saja! Aku tidak berselingkuh dengannya ya,"

"Lalu apa? Banyak gosip yang bilang kakak akan menikahi Lady Erin, coba beritahu aku, apa itu benar?" tanya Annalise yang kini sudah duduk di kereta kuda.

"Itu waktu kami masih kecil!"

"Apa itu artinya kakak menyukainya? Sepertinya lady Erin jatuh hati pada kakak, kakak tahu itu?" goda Annalise lagi.

"Cukup Lissy, ini tidak lucu lagi."

Annalise tertawa.

"Apa kakak sudah bicara dengan Lady Erin? Sepertinya dia akan di diskualifikasi oleh kak Lean. Reputasi keluarga Marques pun ikut jatuh. Jika seperti itu, dia pasti tidak akan bisa menikah."

"Aku tidak peduli!" jawab Gavril.

Annalise tersenyum kecil. "Kakak sudah menemukan dalang dari rumor tersebut?"

"Belum, pihak Kak Lean menyembunyikannya dengan baik,"

"Aku akan bertanya pada Kak Lean nanti,"

"Tidak perlu!" tolak Gavril.

"Kenapa?" tanya Annalise penasaran.

"Jaga saja kesehatanmu. Aku tidak mau ada rumor buruk lagi tentangmu yang selalu membelaku,"

"He..he..he... Aku tidak membela kakak. Aku hanya ingin kakak dan kak Lean akur itu saja."

"Kami akur,"

"Tapi kakak menginginkan takhta," kata Annalise lembut dan tiba-tiba.

Gavril langsung menatapnya.

"Boleh aku bertanya kak Gavril, apa yang ingin kakak capai setelah mendapatkan takhta?"

Gavril diam mendengar pertanyaan tersebut.

"Jangan jawab jika kakak bisa menjadi Kaisar yang lebih baik dari Kak Lean," ujarku lagi.

Karena pada masa kepemimpinan Gavril dulu, rakyat mengalami kesengsaraan karena kebijakan tiran yang dikeluarkannya. Dia bukanlah Kaisar yang baik. Semuanya hanyalah mainan untuk Gavril.

"Aku pergi dulu Annalise," pamitnya yang kemudian pergi.

Aku tersenyum dan membiarkannya. Sebentar lagi, Ryvel akan datang kesini. Aku segera bangkit dan menatap penampilanku dari cermin. Apa aku terlihat cantik sekarang? Aku tidak ingin terlihat buruk dihadapannya.

"Apa sebaiknya aku beri warna merah pada bibirku?" gumanku.

"Warna apapun terlihat cantik jika kamu yang mengenakannya,"

Aku menoleh kebelakang dan mendapati Ryvel tengah bersandar sembari tersenyum menatapku.

"Begitukah?" tanyaku menggodanya.

Aku sangat merindukan Ryvel dan ingin memeluknya dengan erat.

Dia berjalan mendekatiku dan langsung mengecup bibirku. Dia menciumku cukup lama sebelum melepaskannya.

"Aku merindukanmu, Lissy." ujarnya.

Aku memeluknya erat. "Begitula dengan aku,"

Ryvel mengangkatku dan memindahkanku ke atas tempat tidur. Ia berbaring memelukku erat dari belakang sembari mengusap perutku lembut.

"Sepertinya keadaan anak kita jauh lebih baik dari terakhir aku temui,"

Aku segera berbalik dan menatapnya. Bagaimana Ryvel bisa mengetahuinya. Dulu dia juga mengatakan hal tersebut. Katanya, anak ini harusnya tidak bisa bertahan. Namun karena keinginannya untuk hidup anak itu dapat bertahan. Dan sekarang,

"Bagaimana kamu tahu kondisinya? Kamu punya pengetahuan tentang kesehatan kandungan?" tanyaku penasaran.

"Apa tidak sakit kamu berbalik begitu cepat?" tanyanya padaku alih-alih menjawab pertanyaanku.

"Tidak. Jadi sekarang jawab aku, bagaimana cara kamu mengetahuinya?"

"Itu karena momentum waktu."

"Momentum waktu?" tanyaku penasaran. Aku tidak pernah mendengar hal itu.

"Bisa dikatakan itu seperti anugrah yang dimiliki keluarga bersejarah. Seperti keluarga kekaisaran Bellamy. Bukankah ayahmu dapat mengendalikan pedang hidup durandal? Pedang yang dapat memotong segalanya. Pedang yang semakin tajam ketika darah mengenainya?"

"Ah ya, jadi keluarga Mileya pun memilikinya?"

"Iya. Namun itu sudah seperti mitos. Sudah ribuan tahun sejak Kaisar pertama yang memiliki mata itu. Aku bisa melihat pergerakan waktu dan memutar waktu disekitarku dengan melihat suatu momen. Aku bisa mengubah momentum di sekitarku."

"Kalau kamu bisa melakukannya, kenapa dulu kamu tidak menggunakannya melawan Gavril?"

"Itu karena aku tidak tertarik dengan takhta. Jika ada yang mengetahuinya, itu bisa memicu perang saudara."

"Apa itu seperti pengelihatan masa depan Asterin?"

"Ya, mirip seperti itu. Tapi berbeda. Asterin lebih seperti nubuat atau ramalan. Dia bisa melakukannya sewaktu-waktu dan setiap nubuat yang dia lihat bisa berubah ataupun sama. Tapi aku, aku seperti melihat kejadian yang akan datang lebih cepat dan memanipulasinya. Contohnya jika kamu ingin menusukku. Aku bisa menghindarinya dan balas menusukmu atau ketika kamu sudah menusukku, aku bisa memanipulasi waktu hingga tusukan itu tidak mengenaiku."

"Keren sekali, bisakah aku melihatnya secara langsung?" tanyaku.

Ryvel menggeleng.

"Aku akan menunjukannya ketika pertarungan berlangsung besok,"

Pernyataan itu membuatku penasaran.

"Apa ada resiko tertentu jika kamu melakukannya?" tanyaku.

"Tergantung dari sejauh mana tubuh dan mataku bisa menahannya,"

"Sejauh ini, berapa lama kamu bisa menahannya?"

"Aku tidak begitu tau, itu tergantung dari serangan yang aku dapatkan. Tapi dulu aku bisa bertahan selama tiga hari menggunakan mata itu untuk berperang."

"Kalau begitu, kamu bisa menang dengan gampang besok," ucapku senang.

Malam itu aku bisa tidur dengan tenang membayangkan aku bisa bersanding dengan Ryvel segera. Sayangnya, yang tidak aku ketahui adalah jika memang kekuatan mata itu sehebat itu kenapa Ryvel tidak sering menggunakannya. Aku terlalu naif dengan percaya alasannya yang masuk akal seperti perang saudara akan tercetus jika ada yang mengetahui ia memiliki mata itu.

Aku sangat naif hingga di turnamen terakhir nanti aku baru mengetahuinya. Alasan kenapa Ryvel hampir tidak pernah menggunakan kekuatan mata itu kecuali disaat genting seperti hilangnya ribuan nyawa pasukannya. Ketika melihat matanya mengeluarkan darah karena sering memanipulasi waktu. Disitulah baru aku ketahui, semakin lama Ryvel menggunakannya, maka setelahnya pengelihatannya pun akan hilang dan dia tidak bisa bergerak untuk sementara sebagai ganti kekuatan besar yang ia dapatkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PANDORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang