8. Temu

628 134 12
                                    

Assalamualaimum semuanya!
Sebelumnya aku mau ngucapin
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1 SYAWAL 1443 H
Selamat lebaran bagi yang merayakan, mohon maaf lahir dan batin ya❤

Terimakasih juga untuk 800K views dan 100K votes untuk cerita EPHEMERAL (Surgaku di Kamu)😍❤ Sesuai janji, aku update kalau target nya udah tercapai

So, happy reading guys!

-
-

Titik Ubah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Titik Ubah

8. Temu

Hari terus berganti, seolah tidak membiarkan satu orang pun berhenti mengerjakan sesuatu yang semakin ke sini, rasanya semakin melelahkan. Kayana merasa hidupnya biasa-biasa saja, tidak ada yang kurang dan tidak juga terlalu berlebihan dari semestinya.

Hanya saja, sekarang dia merindukan seseorang yang selalu ia lihat melintas jauh di depannya. Dari depan gedung fakultas yang masih ramai, Kayana dapat melihat tempat duduk yang biasa Balqis gunakan. Untuk sekedar bercengkrama dengan teman-temannya atau duduk sendirian dengan ipad yang dibiarkan terbuka. Sekarang... tempat itu kosong, karena katanya, Balqis tengah melakukan riset di luar kota untuk tugas akhirnya.

Berbicara soal gadis itu, Key sudah selesai membaca bagian terakhir buku Agniagara yang bagi Key akhir seperti itu tidak seharusnya ditulis. Siapa yang menginginkan akhir yang kelam? Siapa yang mau berakhir dengan suatu kehilangan? Tidak ada. Dan Key kira Balqis juga pasti tidak ingin. Tapi kenapa... perempuan itu tega menyiksa tokohnya dengan adegan yang begitu menyakitkan?

Posisi Key yang duduk sendirian di sebelah pintu masuk, membuat beberapa orang yang melintas memerhatikannya. Tak jarang juga adik tingkat yang tergabung dalam Organisasi Himpunan yang sama dengan Key menyapanya, ada yang tersenyum saja, ada juga yang memberikan tos sebagai salam kepada mantan pimpinannya itu.

Satu fakta lagi yang harus kalian tahu dari seorang Kayana. Saat semester empat akhir, Key pernah dipercaya menjabat sebagai ketua himpunan di prodinya. Tentu bukan keinginannya, itu semua kerjaan Wangga dan Arman—tidak dengan Bintang, karena laki-laki itu juga menjadi korban kejahilan mereka. Kedua sahabatnya itu dengan gamblang mengajukan Kayana sebagai Kahim dan tanpa laki-laki itu duga sebelumnya, ia berakhir menjabat sebagai Ketua Himpunan pada periode itu.

"Bang, belum balik?" tanya salah satu adik tingkat yang baru saja menyapanya.

"Bentar lagi mau balik, udah sepi juga," jawab Kayana.

Sebenarnya ia juga baru menyadari bahwa lingkungan fakultas sudah semakin sepi, dan dirinya sudah terlalu lama duduk di sana.

"Oh, kalo gitu gue duluan, Bang!" pamitnya yang langsung diangguki oleh Kayana.

TITIK UBAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang