35. Berdamai

488 124 16
                                    

Dor!!! Kaget nggak?😂
Karena hari ini salah satu ceritaku EPHEMERAL akhirnya tembus 1M views SENENG BANGET😭❤️ Makasih buat semuanya yang udah suka dan support ceritaku. Next semoga aku bisa ciptain cerita yang lebih baik lagi, luvv banget sama kalian!!! Thank you guys🤗

Ramein juga part sebelumnya

Happy reading!

Jangan lupa vote dan komennya ya🤗

-
-

Titik Ubah35

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Titik Ubah
35. Berdamai

❤️

Kayana mulai gusar. Jari-jarinya ia gunakan untuk mengetuk meja yang ada di hadapannya. Dirinya masih tidak menyangka kenapa mama bisa berada di sana. Dan sejak setengah jam yang lalu, wanita yang dia panggil mama itu tidak keluar dari private space Kafe Elbro bersama dengan Sherina.

Kayana berkali-kali memikirkan apa yang dilakukan mama di dalam sana. Meski ia yakin mama tidak mungkin melukai Sherina, tetapi tetap saja hatinya tidak bisa tenang.

"Tante Rifdah cuma ngobrol sama Sherina, nggak usah panik gitu." Suara Jorell menghentikan ketukan jari-jari Kayana di atas meja. Jorell menjadi satu-satunya yang setia menemani Kayana duduk sampai Kafe sudah mulai sepi.

"Udah setengah jam, tapi mereka nggak keluar-keluar. Gue takut mama--"

"Mama lo nggak akan kenapa-napa. Sherina juga nggak akan ngapa-ngapain. Mereka pasti tau gimana cara bicara sama seseorang, apalagi di keadaan kaya gini," jelas Jorell.

"Gue tau," jawab Kayana singkat. Ia hanya mampu menghela napas panjang setelahnya. Kemudian kembali menunggu pintu ruangan itu terbuka. Mungkin satu atau dua menit lagi pikirnya.

"Lo serius mau nuntut orangtua Sherina?" Tanya Jorell di tengah-tengah keheningan yang terjadi di antara keduanya.

"Gue nggak pernah main-main soal kasus kematian papa, El."

"Lo nggak kasian sama Sherina kalau papanya di penjara? Dia cuma pu--"

"Dia kasian nggak sama gue yang kehilangan papa?" Kayana membalikkan pertanyaannya. Rupanya hati laki-laki itu masih sekeras batu, belum ada yang mampu membuatnya melebur.

"Papanya cuma di penjara, dia masih bisa ketemu kapanpun. Sedangkan gue? Gimana cara gue nemuin papa yang udah lama pergi?"

Jorell hanya mampu mengangguk setuju atas pernyataan Kayana. Kali ini, Kayana benar, hukum memang harus tetap berjalan. Tidak ada belas kasihan untuk seseorang yang sudah menghilangkan nyawa seseorang lainnya. Maka dengan begitu, Jorell menepuk pundak sahabatnya. Berharap Kayana tau, bahwa dirinya akan selalu mendukung apapun keputusan yang ia buat.

TITIK UBAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang