11. Opsi Pertama

688 129 8
                                    

Happy Reading!

-
-

Titik Ubah11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Titik Ubah
11. Opsi Pertama

Di antara gedung fakultas Ekonomi dan gedung fakultas Bahasa dan Seni terdapat kantin yang biasanya digunakan mahasiswa untuk makan atau sekedar duduk bergurau sembari menunggu jam mata kuliah. Selain itu, ada yang memanfaatkan tempat itu sebagai tempat curi-curi pandang dengan sang pujaan.

Sudut kantin tersebut terasa begitu ramai sebab terdapat lima mahasiswa yang sibuk menghabiskan semangkuk bakso masing-masing. Bunyi denting dari sendok yang beradu dengan mangkok bakso seolah menjadi musik pengiring. Kayana atau lebih akrab dipanggil dengan sapaan Key sejak tadi terbahak akibat candaan yang keluar dari mulut sahabat-sahabatnya.

"Wangga anjir! Lo nambahin sambel lagi ke bakso gue!" keributan kembali terdengar saat Arman tersedak kuah bakso yang terasa semakin pedas.

"Nggak! Jangan fitnah lo!" sanggah Wangga di sela-sela tawanya. Laki-laki itu sepertinya puas sekali melihat wajah Arman yang memerah karena meminum kuah bakso yang sudah berwarna merah dengan begitu nikmat.

"Gue bisa cek CCTV sekarang bajingan ngaku lo! Pedes sat!"omelnya.

Sedangkan di meja yang sama Key, Bintang, dan Sherina hanya menjadi penonton keributan dua laki-laki itu.

"Bagi minum dong! Cepet! Mulut gue kebakar rasanya!"

"Minum gue habis, nih! Kan lo yang minum tadi," jawab Bintang sembari menunjukan gelasnya yang hanya tinggal berisikan es batu saja.

"Punya gue juga," jawab Key singkat.

"Yah, Man. Minum gue juga tinggal dikit." Sherina ikut bersuara.

"Tinggal beli lagi, ribet lo, ah!" usul Wangga sambil terkekeh seakan-akan tidak berdosa karena telah membuat temannya kepedasan.

"Diem lo!" jawab Arman sewot.

"Biar gue yang beli, sekalian gue juga mau nambah minum. Ada yang mau nitip juga nggak?" Key berdiri dari duduknya bersiap untuk pergi ke salah satu kedai untuk membeli minuman untuk dirinya sendiri dan juga Arman.

Namun, Sherina juga ikut bangkit membuat keempat laki-laki itu serempak menatap ke arah satu-satunya perempuan di meja mereka itu.

"Biar gue aja Key," katanya.

"Lo mulu, Na? Tadi yang mesenin makan juga lo. Udah biarin Key aja," tukas Wangga yang tidak setuju dengan tawaran Sherina.

"Udah nggak apa-apa, justru yang tadi pesan makan gue jadinya biar gue juga yang pesenin kalian minum," jawab Sherina dengan senyumnya yang manis.

"Gantian, Na. Lo tunggu sini aja."

"Nggak mau! Biar gue aja kan gue bi--"

"Lo bukan pelayan kita Sherina!" Suara tegas milik Bintang membuat Sherina bungkam. Perempuan itu sedikit terkejut dengan Bintang yang tiba-tiba berbicara dengan suara tinggi kepadanya.

TITIK UBAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang