30. Mahesa, Dewangga, dan Armandana

504 119 0
                                    

Hai haiii!!! Lunas ya updatenya hari ini🤭

Jangan lupa vote dan komen, atau boleh juga kok share cerita ini ke igs, tiktok, atau sosmed kalian supaya teman-teman yang lain bisa ikutan baca😍

Happy Reading!

-
-

Titik Ubah30

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Titik Ubah
30. Mahesa, Dewangga, dan Armandana

Setelah kepergian Kayana tanpa ada kata pamit dari laki-laki itu, taman fakultas yang tadi tenang seolah berubah menjadi tempat yang dipenuhi oleh bisikan-bisikan dari satu mahasiswa ke mahasiswa lainnya tentang Kayana dan Sherina.

Selain itu, masih di tempat yang sama, Bintang, Arman, dan Wangga terpekur memikirkan apa yang baru saja dilihatnya. Keributan antara dua sahabatnya yang tidak pernah terduga sebelumnya. Ketiganya sama-sama tidak pernah menyangka jika Sherina menyimpan rahasia yang begitu besar selama ini. Terutama, perempuan itu menyembunyikannya dari Kayana.

Apalagi Araman dan Wangga yang sama sekali tidak tahu tentang masa lalu keluarga Kayana yang ternyata begitu kelam. Berbeda dengan Bintang, laki-laki itu tahu tentang ayah sahabatnya itu meninggal karena aksi penembakan oleh rekan bisnisnya. Tapi kembali soal Sherina, tidak ada satupun yang tahu bahwa satu-satunya perempuan yang begitu dekat dengan mereka itu menjadi bagian dari masa lalu Kayana.

"Man," panggil Wangga setelah sekian lama bergelut dengan pikirannya.

"Hmm," gumam Arman karena mungkin anak itu belum selesai dengan apa yang ada di kepalanya.

"Lo tau bokapnya Key meninggal gara-gara dibunuh?" tanya Wangga yang sudah kelewat penasaran.

Arman menggeleng cepat, "Sumpah, demi tuhan, gue nggak tau sama sekali," jawabnya.

"Sama."

"Sekarang aja gue masih kaget. Kayak... Anjir! Gue pikir yang kaya begituan adanya di film-film doang. Tapi barusan nih gue denger sendiri kasus kayak gitu, ternyata beneran ada," jelas Arman pada Wangga. Tetapi tatapan mata laki-laki itu hanya lurus ke depan, seolah-olah kejadian beberapa saat lalu masih terputar jelas di depan matanya.

"Sama," jawab Wangga.

"Lo kenapa, sih, anjir?! Sama, sama, mulu dari tadi!" Arman menoleh ke arah kawannya itu yang menurutnya sama sekali tidak memberikan feedback atas apa yang dikatakannya.

"Ya terus gue harus jawab apa? Gue juga shock Man! Gue juga kaget makanya gua jawab sama kayak lo!" ujar Wangga karena merasa tidak ada yang salah dengan jawabannya.

"Ya, lo ngomong apa, kek. Ikut beropini biar gue pusingnya nggak sendirian!"

"Lo pikir lo doang yang pusing? Gue juga pusing! Sherina... Gue nggak nyangka aja waktu Key bilang dia adalah anak dari pembunuh papanya tiga belas tahun yang lalu," Wangga mulai menyuarakan apa yang memenuhi kepalanya sejak tadi, "Kayak nggak mungkin aja gitu. Selama gue kenal dia, Sherina tuh baik, baik banget! Nggak mungkin, tapi gimana, ya?" Wangga terlihat tidak mengerti dengan apa yang diucapkannya sendiri. Laki-laki itu masih terus mencoba mencerna apa yang tadi ia dengar.

TITIK UBAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang