13. Dua Cerita Dalam Satu Meja

586 135 11
                                    

Happy Reading!❤
Jangan lupa klik tombol vote dan tinggalkan komentarnya yaa

-
-

Titik Ubah13

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Titik Ubah
13. Dua Cerita Dalam Satu Meja

Hari ini menjadi salah satu hari yang berkesan untuk Kayana. Sejak meninggalkan kantin beberapa saat yang lalu, senyumnya tak kunjung pudar.

Baginya kesempatan seperti ini tidak datang dua kali. Kapan lagi dirinya bisa duduk bersama dalam satu meja dengan seseorang yang teramat ia kagumi. Ah, lebih tepatnya seseorang yang teramat ia sukai.

Kayana tidak terlalu memikirkan jika tadi Balqis terpaksa atau tidak mengobrol bersamanya, yang Kayana pikirkan sekarang yang penting tadi adalah satu jam yang sangat menyenangkan untuknya. Apalagi mengingat satu kalimat yang gadis itu ucapkan beberapa saat yang lalu.

"Kamu mau baca memangnya?" ucap Balqis saat Kayana tiba-tiba membahas soal apakah gadis itu tidak berniat menulis buku baru lagi?

"Aku juga sedang menulis. Tapi kali ini aku nggak mau menulis buru-buru," Saat itu dunia Kayana seolah berhenti hanya untuk mendengarkan suara lembut milik Balqis lebih lama lagi, "Aku membiarkan tulisanku mengalir sesuai alur seperti yang tuhan kasih untuk hidupku." Begitu katanya.

"Jadi... Maksud lo buku yang akan lo tulis itu sesuai kenyataan?" Saat itu Balqis mengangguk. Melihat respon si penulis itu, Kayana begitu antusias. Bagaimana tidak, itu artinya dia akan mengetahui bagaimana perasaan Balqis lewat buku itu. Atau lebih beruntungnya lagi, jika ada serpihan kecil tentang dirinya di dalam buku itu nanti.

"Tadi lo nanya, gue mau baca apa nggak, kan? Gue mau. Kalo bisa, gue baca sekarang. Mana draf yang lo tulis?" Kata Kayana yang terdengar sedikit ngelunjak.

"No! Bukan gitu maksudku," jawab Balqis sambil terkekeh melihat respon laki-laki di hadapannya.

"Terserah, asal lo tepatin ucapan lo, gue bakal jadi pembaca pertama buku yang lo tulis kali ini."

"Iya, Kayana."

Sayangnya percakapan yang begitu asik harus berakhir karena Balqis sudah mendapatkan panggilan untuk melakukan bimbingan skripsi bersama dosennya.

Mendengar namanya disebut begitu saja oleh Balqis membuat bibir laki-laki itu tak kunjung berhenti melengkung. Bahkan sekarang, saat dirinya tengah berada di meja makan rumahnya, Kayana masih terlihat salah tingkah sendiri. Tidak sadar bahwa sejak tadi, mamanya memerhatikan dari arah wastafel.

"Kira-kira ada kejadian apa di kampus, sampai kamu senyam-senyum kaya gitu, Key?" Suara sang mama mengintrupsi Kayana untuk menoleh.

"Nggak ada apa-apa," jawabnya, "Mama dulu waktu pacaran sama papa gimana? Papa gimana kalo sama Mama?" tanyanya tiba-tiba sambil menggantungkan sesuap nasi di depan dagunya.

TITIK UBAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang