42 [Pergi]

14.9K 1.2K 359
                                    

Seminggu kemudian.

Ini sudah seminggu lamanya Dimas di rawat di rumah sakit.

Arka hanya bisa membuang nafas panjang saat tahu ini sudah seminggu dan Dimas belum sadar-sadar.

Arka gak tahu apa yang harus ia lakukan, didalam kamar itu hanya ada Dimas dan Arka.

Kinara sedang pergi bersama Grace.

Arka hanya diam memandangi wajah Dimas yang seharusnya menatapnya balik, yang seharusnya Arka bisa melihat senyum bulan sabit dari lelaki itu.

Arka benar-benar rindu dengan semuanya, dia rindu dengan suara lelaki itu dan sangat-sangat ingin merasakan pelukan hangat dari Dimas.

Arka menggigit pipi dalamnya, matanya memanas, tangannya terangkat mengelus rambut hitam Dimas,"mas."

"Gue kangen banget sama lu, ayo bangun mas."

"Gak cape apa tidur terus, gak kangen gue ya."

"Mas, kata baby baru dia pengen denger suara Daddy-nya."

"Mas, lu gak lupa kan." Arka mengusap tangan Dimas,"harusnya hari ini itu kita pergi ke Paris sama baby Nara, ngerayain ulang tahun baby Nara."

"Ayo dong, lu kan udah janji, Dimas yang gue kenal gak suka ingkar janji."

"Mas jangan gini terus, Dimas gue tau lu kuat, ayo bangun sebentar aja."

Arka memejamkan matanya sejenak, dadanya terasa sesak, dia berusaha untuk tidak menangis.

Yang seharusnya hari ini Dimas dan keluarga kecilnya pergi ke Paris, semuanya tidak terkabul kan.

Yang seharusnya Arka dan Dimas memakai jaket couple yang sudah Arka beli sekarang tidak di pakai sama sekali.

"Mas, lu tau gue udah beli sesuatu buat kita di Paris nanti."

"Lu penasaran kan? Ayo bangun nanti gue kasih liat." Arka tersenyum tipis.

Tit..

Tit..

TIT...

Arka menoleh saat mendengar suara Elektrokardiogram yang berbunyi nyaring.

Pupil matanya melebar seketika saat melihat garis itu,

Lurus.

Tanda detak jantung Dimas berhenti.

Arka menggeleng ribut, dia berdiri dan menangkup wajah Dimas,"mas bangun mas Dimas!"

"D-dimas jangan kayak gini mas! Hiks lo janji gak bakal pergi ninggalin gue."

Arka menghapus air matanya dan berlari keluar dari kamar itu,"GILANG!"

Gilang menoleh dan berlari kecil,"ap-'

"I-itu be-berhenti!"

Gilang melebarkan matanya, dia melangkah masuk kedalam kamar Dimas,"shit."

"G-gilang i-ini tandanya buk-"

"Lo keluar dulu." Gilang mendorong pelan punggung Arka.

Membawanya keluar dari kamar, Gilang memegang pundak Arka,"lo tunggu diluar, gak usah khawatir okey.'

Arka menggeleng, tangisnya pecah, lelaki cantik itu menangis sambil menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.

Gilang memanggil dua suster dan ketiganya masuk kembali kedalam kamar sambil membawa peralatan yang dibutuhkan.

Arka diam didepan pintu, memandangi pintu yang tertutup itu,"d-dimas gue yakin lu kuat, bertahan mas."

"Demi gue, sekali ini aja gue mohon."

[BOYS LOVE] MY HUSBAND II [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang