"Ah... kepalaku pusing sekali," gumam Baskara. Dia terduduk di atas kasur seraya memegangi kepalanya yang nampak pening. "Tolong beri aku segelas air," pintanya dan aku memberikan segelas air yang tersedia di atas meja lampu samping dipan. Dia segera menghabiskan air putihnya dan aku menunggunya memberiku jawaban.
"Jadi, bagaimana ini semua bisa terjadi?" tanyaku padanya lagi. Berulang kali aku mencecarnya dengan pertanyaan yang sama usai dia memelukku dan menenangkanku dari tangisanku ketika matahari terbit. Dia sama sekali belum menjelaskan apa yang terjadi dan malah berpura-pura pusing.
"Sebentar. Biar aku ingat-ingat dulu," katanya. Aku pikir dia sama-sama terkejut pagi ini, tapi dia terlalu santai untuk dianggap sebagai laki-laki yang terkejut karena telah tidur bersama dengan seorang perempuan yang bahkan bukan kekasihnya.
Dia menghela nafas panjang, sebelum mulai bicara. "Sepertinya aku mabuk semalam."
Pantas saja, bau alkohol menyeruak dari mulutnya ketika dia bicara. Lantas?
"Lalu aku masuk ke dalam kamarku," ujarnya. "Tapi kenapa ada kamu?"
"Dasar gila, ini kamarku. KAMAR HOTELKU," ucapku dengan tegas. Aku sangat kesal padanya dengan jawaban sembrononya itu. Kulemparkan bantal dan guling padanya dengan satu tangan sementara tangan lainnya menarik selimut untuk menutupi badanku. "Jadi kenapa kamu bisa masuk ke dalam kamar hotelku?"
"Ah... ampun Bhiy..." katanya memohon ampun akibat pukulan-pukulanku.
Aku mulai klarifikasi dengan kesetanan menegaskan bahwa ini adalah kamar hotelku. Ya, ini adalah kamar hotel yang dipesankan perusahaan untukku. Lihat di ujung sana, tas koperku yang berwarna coklat, dan lihat handuk piyama kesayanganku tergantung di pintu almari. Seketika kami berdua teringat pada sesuatu.
"Kunci..." sahut kami bersamaan. Kunci yang dimaksud adalah kartu akses untuk membuka kamar hotel.
Baskara segera merayap di atas ranjang dan meraih kemejanya yang berserakan di bawah. Dia merogoh sakunya dan menemukan sebuah kartu akses bertuliskan 303. Itu adalah kartu akses kamar hotelku yang raib semalam. Aku merebut kartu itu dari tangan Baskara dan kubandingkan dengan kartu akses cadangan yang kuletakkan di meja lampu tidur, berdekatan dengan gelas air putih. Kedua kartu akses itu sangat mirip, hanya dibedakan dengan sebuah huruf selaku kode yang menyatakan bahwa itu adalah kartu akses asli dan kartu akses cadangan.
Tiba-tiba kepalaku memanas dan amarahku membuncah. Aku memandanginya dengan tajam, tanpa sedikitpun berkedip. Baskara mendelik seolah aku memukulinya lagi, namun dengan tatapanku.
"Tenang Bhiy, aku bisa menjelaskan sesuatu," ucapnya. Tapi aku sudah terlanjur tidak bisa dikendalikan dan rasanya ingin menikamnya sekarang juga. Aku pun mendekatinya lagi dan memukul-mukulkan tanganku pada dada dan punggungnya.
"Kunci kamar milikmu jatuh di aula dan aku yang menemukannya."
Oh tidak, jangan-jangan kartu akses itu terjatuh ketika sedang terburu-buru pergi ke Sanur. Aku memasukkan novel yang diberikannya semalam dengan serampangan dan kartu aksesku jatuh. Batinku mengingat kembali kejadian semalam.
"Kamu sengaja kasih aku novel itu kan, biar kartu aksesku jatuh terus kamu bisa tidurin aku seperti ini?" tuduhku padanya. Aku tidak bisa berpikir jernih, pokoknya ini semua adalah kesalahan Baskara.
"Nggak, tidak seperti itu Bhiy," kata Baskara mengelak dan aku melotot padanya. "Aku menyimpan kunci itu, rencananya mau aku kembalikan. Ketika aku menyusulmu sampai ke luar hotel tapi sayang kamu sudah pergi. Aku sempat menunggumu sampai kamu kembali, tapi kamu nggak balik-balik. Sehabis itu, salah satu temanku mengajakku pergi ke club jadi aku ikut dia pergi ke sana, karena aku sudah berusaha mencarimu tapi kamu tidak ada. Aku pikir kamu akan tidur di salah satu kamar temanmu satu tim saat mengetahu kuncimu hilang. Ternyata aku salah, semalam aku mabuk dan tidak bisa mengembalikan kartu akses ini ke kamu. Tapi aku malah nyasar masuk kamar ini," ucap Baskara menjelaskan semua. Namun, penjelasan itu membuatku semakin terpuruk dan menyesali kejadian malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prisoner Of Your Heart
RomanceDi suatu pagi, Abhiya terbangun dengan menemukan sesosok lelaki yang tertidur pulas di sampingnya. Sebuah pengalaman malam pertama yang benar-benar tidak diinginkannya. Membuat seseorang yang biasa saja dari masa lalunya hadir untuk menawan hati Abh...