Aku dan Baskara hanya terdiam selama di perjalanan. Kami pergi menuju ke arah Kota Batu dan berhenti sejenak di tapi jalan untuk menemani Baskara menikmati dua mangkuk soto lamongan. Lalu kami berhenti di halaman parkir sebuah penginapan yang ada di seputar Kawasan Wisata Batu, Malang.
"Untuk apa kita kemari Bas?" tanyaku pada Baskara.
"Menginap," jawabnya singkat, sembari menurunkan kopernya.
"Bukannya kamu ingin mengajakku sebentar saja," protesku.
"Ayolah, aku capek sekali dari perjalanan jauh. Nanti aku jelaskan. Sekarang kita masuk dulu," ajak Baskara. Kepalang tanggung aku untuk kembali ke kosku karena cukup jauh. Aku mengikutinya masuk ke dalam penginapan.
"Jadi apa yang mau kamu jelaskan Bas?" tanyaku ketika kami memasuki kamar yang dipesan Baskara.
"Aku mandi dulu ya Bhiy, kamu tunggu di sini sebentar ya?" ucap Baskara dan tanpa ba-bi-bu meninggalkanku ke kamar mandi.
Baskara memesan kamar di lantai dua dengan pemandangan belakang penginapan yang terdiri dari taman dan kolam renang di bawah. Agak jauh melewati pagar tinggi penginapan ini, hamparan kebun sayuran dan bukit-bukit terlihat hijau menyejukkan mata. Aku membuka kedua jendela kamar itu agar bisa melihat matahari sore di arah barat. Satu persatu para petani sayuran itu mulai meninggalkan ladang mereka sebelum petang datang. Matahari mulai menggelincir tenggelam dan Baskara baru saja selesai mandi.
"Jendelanya ditutup Bhiy, sudah petang," perintah Baskara dan aku segera menutup jendela kamar itu.
Kemudian dengan tidak sopannya dia bertelanjang di depanku untuk berganti pakaian.
"Ah... Baskara..." ucapku, sembari menutup mata dengan kedua tanganku.
"Kenapa malu-malu, apa kamu tidak merindukan tubuh ini," celetuk Baskara. Saat aku mengintip dari kedua telapak tanganku, Baskara telah mengenakan pakaian lengkap, kaos tanpa lengan dan celana pendek kesayangannya. Akupun menurunkan kedua tanganku dengan perasaan lega. Tapi rupanya Baskara telah berdiri tepat di depanku dan tiba-tiba memelukku.
"Bhiy, aku merindukanmu, amat merindukanmu," ucapnya lirih tepat pada telingaku. "Apa maksudmu meninggalkanku tanpa kabar lagi seperti itu? Apa maksudmu menghilang lagi dari hadapanku begitu saja?"
Mendengar protesnya aku mulai terisak. "Aku ingin beristirahat, aku tidak mau bertemu dengan kalian lagi yang membuat hari-hariku terasa begitu melelahkan."
"Apa kamu pikir dengan melarikan diri semuanya akan menjadi baik-baik saja. Tidak Bhiy, tidak ada yang berubah dari melarikan diri," ucap Baskara yang masih memelukku dengan erat. "Sudah cukup istirahatnya Bhiy, sudah saatnya aku menjemputmu."
"Menjemput kemana?"
"Masuk ke dalam kehidupanku lagi."
"Maksudmu?" tanyaku sungguh tidak mengerti.
"Hei Abhiya, untuk apa kamu lahir di dunia ini jika bukan untukku. Untuk apa aku hadir di sini kalau bukan karena aku mencintaimu," kata Baskara dan dia semakin mempererat pelukannya. "Mari kuantar kamu untuk datang ke sisiku lagi Abhiya Larasati."
Aku memaksa Baskara melepaskan pelukannya dan menangis tersedu-sedu. Kemudian aku berkata dengan nada tinggi. "Aku sudah melupakanmu Bas, aku bahkan tidak pernah mengganggap aku mencintaimu. Lupakan saja semua omong kosong tentang cinta itu, aku bahkan tidak percaya cinta itu apa."
"Bhiy, tenang Bhiy," ucap Baskara.
Namun tangisku semakin menjadi-jadi.
"Bhiy, aku tidak tahu jika kamu akan seterluka ini dengan apa yang telah terjadi," ucap Baskara lagi. "Maafkan aku yang telah membiarkanmu merasakannya. Aku tidak mampu untuk menghalanginya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prisoner Of Your Heart
RomanceDi suatu pagi, Abhiya terbangun dengan menemukan sesosok lelaki yang tertidur pulas di sampingnya. Sebuah pengalaman malam pertama yang benar-benar tidak diinginkannya. Membuat seseorang yang biasa saja dari masa lalunya hadir untuk menawan hati Abh...