Bagian 29

99 6 0
                                    


"Kamu pasti merasa lelah dan lapar sepulang bekerja. Ayo kita mampir makan malam sekalian, sebelum pulang!" Ajak Bang Ical. Rupanya dia cukup lama menungguiku selesai bekerja di ruang tamu dan mengobrol dengan Pak Satya.

Cukup lama aku terdiam dan tidak menanggapinya. Sampai-sampai Bang Ical harus menoleh padaku untuk meminta jawabanku, padahal dia sedang fokus menyetir.

"Iya, boleh," ucapku lirih.

"Kamu kenapa Bhiy?" tanya Bang Ical yang menyadari kekikukanku.

"Tidak apa-apa, Bang," ucapku lagi. Aku bingung bagaimana menyatakannya. Semenjak aku mendengar gosip yang diceritakan Ihsan padaku soal kami berdua, membuatku menjadi berpikir macam-macam. Tidak seperti biasanya saat Bang Ical menjemputku, hari ini aku merasa tidak cukup nyaman untuk berada satu mobil dengannya.

Bang Ical memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah makan yang cukup sering kami singgahi berdua. Usai makan malam, dia segera mengantarkanku pulang.

"Untuk malam ini, sampai di sini dulu Abhiy. Besok aku jemput kamu lagi sepulang kerja," ucap Bang Ical, saat aku berpamitan untuk turun dari kendaraannya.

"Hmmm... sepertinya aku besok harus mampir ke suatu tempat usai pulang kerja. Jadi aku pulang sendiri saja," sanggahku.

"Kamu mau pergi kemana? Biar aku antar?" tawar Bang Ical.

"Aku sendiri saja Bang," ucapku sekali lagi dengan kikuk. Kurasa aku membutuhkan waktu untuk mententramkan hati dan memberi ruang pada diriku sendiri untuk memikirkan segala hal terkait Bang Ical.

Usai terdiam cukup lama, Bang Ical mengangguk. "Baiklah kalau itu maumu. Aku akan mengabarimu untuk pulang bersama lain kali," katanya.

Kemudian aku berpamitan dan turun dari mobilnya. Seperti biasa aku menunggu di depan gerbang sampai dia menghilang dari pandanganku. Aku melambaikan tanganku pada Bang Ical dan seperti biasa dia akan membalasku dengan senyum manisnya.

***

Hari demi hari mulai berlalu, bulan juga telah berganti. Semua kembali seperti biasanya. Aku adalah Abhiya yang dulu yang sibuk bekerja dan bekerja. Bedanya, saat ini aku semakin dekat dengan Bang Ical. Sebulan terakhir, setiap hari dia mengantarku bekerja dan menjemputku lalu kami akan makan malam bersama.

"Aku tadi membuatkan bekal untuk Bang Ical..." kataku sembari menyerahkan kotak bekal pada Bang Ical ketika dia baru turun dari kemudinya. Kemarin aku telah berjanji untuk membawakan bekal makan siang untuk hari ini. Dia segera menerima kotak bekal itu dan menyimpannya di jok belakang mobilnya.

"Terimakasih banyak Abhiy, aku tidak menyangka kamu benar-benar akan membuatkannya untukku," ucap Bang Ical dengan memamerkan senyum manisnya.

"Aku memang sudah merencanakan sebelumnya," sahutku. Kemudian dia menggandeng tanganku dan membukakan pintu penumpang untukku.

"Ayo cepat naik, jika tidak kita bisa sampai di kantor terlambat," katanya dan aku mengangguk. Akupun bergegas masuk ke dalam mobil dan kami meluncur mengarungi jalanan.

"Semalam kamu tidur jam berapa Bhiy?" tanya Bang Ical memulai percakapan.

"Setelah Bang Ical menutup telpon aku langsung tidur. Aku kan harus tidur lebih cepat agar bisa bangun lebih pagi jadi bisa membuatkan bekal untuk Bang Ical," jawabku panjang lebar.

"Aku jadi merepotkanmu ya, sudah membuatmu bangun pagi-pagi?"

Aku menggelengkan kepalaku. "Tidak... sama sekali tidak merasa repot. Aku dengan senang hati membuat bekal ini untuk Bang Ical."

Prisoner Of Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang