"Jadi sebenarnya kamu mau nembak aku saat itu?" tanyaku dalam perjalan kembali dari kontrakan Jodi. Baskara menjawabnya dengan anggukan yang malu-malu.
"Tapi kenapa tidak jadi?"
"Ya itu, karena... adikmu..."
"Abhishek?"
"Iya," sahut Baskara. "Abhiya... Abhishek... mirip sekali."
"Ha... ha... ha..." tawaku menggelegar. Aku terpikirkan andai saat itu dia benar-benar menyatakan perasaannya, apakah kami akan berpacaran setelahnya. Tiba-tiba tangan kirinya menggenggam tanganku, sementara tangan kanannya sibuk menyetir.
"Sekarang kamu sudah tahu kan, bahwa aku memiliki perasaan padamu sejak lama?" tanya Baskara dan aku hanya menanggapinya dengan diam. "Aku bersyukur, karena kita bisa bertemu kembali setelah sekian tahun berpisah. Aku harap kita tidak akan berpisah lagi."
"Aku hanya tidak menyangka jika kamu telah menyukaiku sejak dahulu," ucapku. "Pantas saja kamu menyinggung soal buket bunga itu."
"Abhiy, i love you," ucap Baskara membuat kami menjadi saling terdiam menikmati pemandangan jalan di malam hari sembari berkecamuk dalam pikiran masing-masing hingga tiba di pelataran kosku.
"Oh ya Bhiy, sepertinya kita tidak bisa bertemu untuk sementara. Aku ada pekerjaan di luar pulau selama dua minggu," ujar Baskara ketika kami akan bersiap untuk tidur.
"Padahal sebentar lagi ulang tahunku," keluhku.
"Sebenarnya berat bagiku untuk meninggalkanmu, tapi pekerjaan ini sangat penting artinya bagiku. Sebuah liputan khusus. Oleh karenanya, Aku janji aku tidak akan melewatkan ulang tahunmu," ucap Baskara kemudian dia memegang erat jemariku.
"Benar?"
"Aku janji, Abhiy. Apapun yang terjadi, aku akan datang di hari ulang tahunmu," ucap Baskara lagi dan dia memberikan kecupan mesra pada keningku.
"Aku akan menantikanmu," ujarku pelan.
***
Tiga hari usai berpamitan, Baskara telah pergi ke Pulau Kalimantan untuk pekerjaannya. Kesibukanku di kantor yang semakin bertambah cukup mengalihkan perhatianku darinya, hingga selama dia pergi ke luar pulau, kami benar-benar tidak saling menghubungi. Bahkan lama kelamaan aku semakin terbiasa dengan ketidakhadirannya di sisiku.
Namun, semuanya berbeda jika malam tiba. Badanku terasa lelah akibat seharian bekerja, tetapi mataku tidak kunjung dapat terlelap. Kamar dan ranjangku yang terasa lebih longgar beberapa hari ini, cukup membuatku asing. Aku menjadi mudah terbangun ketika mendengar suara sehalus apapun saat aku tertidur, berharap itu adalah Baskara yang datang tiba-tiba seperti biasanya. Tetapi, harapanku itu memudar ketika aku terbangun dan membuka mataku di pagi harinya, ternyata tiada siapapun di sana. Tidak seorangpun datang untuk menemaniku yang mulai dirundung kesepian. Aku mulai menghayalkan dia ada di sebelahku, menemaniku, hanya agar aku dapat terlelap dengan nyenyak malam itu.
Dua minggu hampir berlalu. Tidak ada satupun kabar darinya. Berkali-kali aku ingin menyentuh nomornya pada smartphoneku. Namun, rupanya aku masih enggan untuk menghubunginya terlebih dahulu. Akhirnya, aku hanya menyimpan kesepianku sendirian. Meskipun semua itu dapat terobati ketika aku menyibukkan diri dengan pekerjaanku.
"Aku sudah jenuh dengan pekerjaan ini, kapan akan berakhir?" keluh Miss Kinan ketika tim Pak Satya bekerja bersama di working space kantor.
"Mengeluh tidak membuat pekerjaanmu selesai," tukas Pak Satya.
"Nanti malam apa kita akan lembur lagi mbak?" tanyaku pada Mbak Puji yang duduk di sampingku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prisoner Of Your Heart
RomanceDi suatu pagi, Abhiya terbangun dengan menemukan sesosok lelaki yang tertidur pulas di sampingnya. Sebuah pengalaman malam pertama yang benar-benar tidak diinginkannya. Membuat seseorang yang biasa saja dari masa lalunya hadir untuk menawan hati Abh...